Mohon tunggu...
Ramdani Husein Renngur
Ramdani Husein Renngur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melawan Kapitalisme adalah Jihad Akbar

10 Oktober 2023   15:10 Diperbarui: 10 Oktober 2023   15:23 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Seringkali orang mencoba memecahkan masalah manusia dengan cara yang salah, karena salah menentukan jenis masalahnya" 

E.F. Schumacher

Jika ada yang bertanya "Apa buruknya Kapitalisme?", maka sodorkan saja Fakta bahwa ada "Seorang Pengemis mati kelaparan di depan restoran". mengapa demikian, sebab Restoran tersebut menyediakan makanan untuk dijual---mendapat keuntungan, bukan untuk diberikan secara gratis, jadi bagi restoran lebih baik makanan tersebut basi lalu dibuang daripada memberikan kepada orang yang membutuhkan. Inilah potret kapitalisme.

Mengamati kehidupan modern saat ini, tak bisa disangkal bahwa hampir semua Negara dan semua sistem kehidupan manusia telah berada dalam cengkraman Kapitalisme. Terlihat dari hilangnya kedaulatan negara-negara dunia ketiga---Indonesia merupakan salah satunya, setelah menjadi dari anggota WTO (World Trade Organization)---sebuah organisasi dagang. Dengan bergabungnya Indonesia dengan WTO banyak sekali kebijakan yang dilakukan tidak berpihak pada rakyat,---misalnya Liberalisasi pada sektor pertanian, yang berdampak Negatif pada produksi pertanian, harga, lapangan pekerjaan dan pendapatan petani, Berkurangnya pendapatan petani ini diperparah lagi dengan hilangnya insentif-insentif, terutama subsidi pupuk dan bibit tanaman, dari pemerintah untuk berproduksi, dan petanipetani kecil dipaksa untuk menghadapi pasar global yang kompetitif, (Yuniarti, 2015:1657-1658).

Sistem pendidikan juga telah menjadi lahan basa bagi para pemilik modal untuk memupuk modal---melalui peningkatan biaya pendidikan. Segi kebudayaan, budaya tidak lagi dilihat sebagai nilai yang harus dijiwai oleh setiap individu, Namun dilihat sebagai komoditas yang dapat mendatangkan keuntungan.

Seluruh ideologi yang merupakan derivasi dari pemikiran Marx sudah sekian lama berupaya untuk meruntuhkan Kapitalisme, namun sampai saat ini, fakta menunjukan bahwa Dewi Fortuna masih memihak pada Kapitalisme.

Akar Kapitalisme 

Pemahaman yang lazim dan jamak bercokol dalam kepala orang pada umumnya mengenai kapitalisme ialah berkaitan dengan sistem perekonomian yang bertujuan untuk pemupukan modal---untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya---jadi keuntungan yang diperoleh melalui penjualan Komoditi tidak diberikan kepada buruh/pekerja namun dialihkan kembali untuk menjadi modal awal untuk putaran berikutnya, hal tersebut disebut sebagai nilai lebih---perbedaan antara nilai yang dihasilkan selama satu hari oleh seorang pekerja dan biasa pemulihan tenaga kerja, (Frans Magnis Suseno, 1999:181-199).

Lebih konkretnya Kapitalisme merupakan sistem ekonomi, dimana keuntungan yang dihasilkan melalui aktivitas produksi, distribusi dan pertukaran diakumulasikan dan diinvestasikan kembali untuk memperoleh keuntungan, dalam berjalannya sistem ini, terdapat tiga asumsi dasar kapitalisme yang dapat dikatakan sebagai nyawa dari kapitalisme disampaikan oleh Ayn Rand bahwa Kebebasan Individu, Kepentingan diri (Selfishness) dan Pasar Bebas, (Nur Sayyid Santoso, 2014, 14-16). Sebab hanya dengan kebebasan, tiap individu dapat mengaktualisasikan dirinya melalu pekerjaan yang kemudian digunakan untuk memenuhi kepentingan diri, dimana kedua hal ini hanya dapat hidup hanyal dalam ekosistem pasar bebas.

Secara implisit terlihat bahwa kapitalisme hanya perkara sistem, sehingga untuk mengubah keadaan maka perlu melakukan perombakan secara radikal atau sering dikenal sebagai revolusi. Sering dinarasikan oleh Para Marxis bahwa akan tiba pada suatu masa, kelas tertindas akan menyadari bahwa mereka tertindas, kemudian munculah kesadaran kelas, yang berdampak pada semangat juang yang semakin kokoh dan tak terpatahkan, pada saat itulah mereka akan melakukan Revolusi, (Frans Magnis Suseno, 1999 : 169).

Pernah terjadi Namun faktanya tidaklah membawa kondisi yang lebih baik, malah semakin buruh untuk rakyat. William Ebenstein menguraikan Perubahan Sosial-Ekonomi di bawah Rezim Komunis Soviet, tepat di tahun 1928 mulai disusun dibuat rencana lima tahun dengan tujuan untuk, Pertama, bertujuan untuk industrialisasi di Rumania secara cepat. Kedua, Menjadikan pertanian sebagai satu usaha kolektif. Ketiga, Penghapusan kepemilikan privat atas lahan pertanian, seluruh rencana mulia ini tak jalan sebagaimana mestinya, pada tahun 1929-1933 dalam proses kolektivikasi pertanian, sekitar empat sampai lima juta petani meninggal, upaya melakukan perubahan agraria komunisme Soviet bertemu dengan ajalanya, sebab gagal meningkatkan taraf kehidupan rakyat, hal ini diakui juga oleh Khrushchov yang menggantikan Stalin, menurutnya bahwa Politik Agraris Komunisme Soviet telah gagal dan pertanian Soviet tidak sanggup memberi makan penduduk dengan cukup, keberadaan rezim komunis Soviet hanya menguntungkan sebagian kalangan -- yakni para pemimpin partai dan pegawai pemerintah, (William Ebenstein, 2006 : 66-82).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun