Berbagai persoalan yang dialami oleh remaja saat ini sejatinya tidak dapat dilepaskan dari ketidakmampuan mereka dalam “membaca” sejarah yang dimiliki oleh bangsanya sendiri. Fenomena tawuran antar pelajar maupun antar pendukung tim sepakbola yang kerap kali menghiasi layar kaca kita, seakan menjadi ciri khas generasi yang digadang-gadang mampu melepaskan bangsa ini dari keterpurukan tersebut. Ironisnya, “budaya barbar” ini diwariskan secara turun temurun sehingga tidak mudah untuk memutus mata rantainya.
Di sisi lain pendidikan karakter yang didengung-dengungkan sejak bertahun-tahun lalu tersebut rupanya belum mampu merubah perilaku remaja sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan karakter yang selama ini dilaksanakan baru sebatas kemasan dan belum menyentuh esensinya. Adapun ketidakmampuan guru maupun orangtua untuk menjadi suri tauladan bagi anak disinyalir sebagai penyebab utama “gagalnya” penanaman karakter tersebut. Di samping itu pengaruh media yang terlalu mengangung-agungkan budaya asing semakin menjauhkan remaja kita dari adat ketimuran yang penuh dengan nilai-nilai gotong royong dan rasa persaudaraan.
Di tengah lunturnya nilai-nilai persatuan tersebut sekolah diharapkan mampu memupuk kembali rasa nasionalisme di kalangan generasi muda demi masa depan bangsa yang lebih baik. Menghidupkan kembali semangat sumpah pemuda di tengah-tengah masyarakat merupakan upaya yang harus ditempuh oleh sekolah dalam rangka membangkitkan semangat juang para pemudanya. Munculnya kekuatan besar yang kala itu diprakarsai golongan pelajar di seluruh nusantara tentunya bukanlah merupakan suatu kebetulan. Ada peran guru yang sangat vital dalam mendidik mereka sehingga melahirkan generasi unggul yang tidak hanya cerdas dalam menyelesaikan soal-soal di atas kertas namun juga mampu memecahkan persoalan bangsa yang lebih besar.
Adapun untuk membangkitkan semangat juang tersebut, setiap pendidik sebenarnya memiliki banyak kesempatan yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mengajak siswa untuk berdiskusi tentang sejarah sumpah pemuda serta berbagai peristiwa yang melatarbelakanginya, dapat menyegarkan kembali ingatan mereka tentang perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulunya. Selain itu memberikan pencerahan tentang peran yang dapat diambil oleh generasi masa kini dalam perjuangan untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan, merupakan tugas yang tidak boleh dilupakan oleh guru.
Mengingat pentingnya menghidupkan kembali semangat Sumpah Pemuda dalam upaya melahirkan generasi unggul, sudah selayaknya setiap pendidik berusaha untuk menghadirkan (kembali) “ruh” perjuangan para pahlawan kita saat mereka berinteraksi dengan peserta didiknya. Di samping itu mengajak siswa untuk “membuka mata” dalam melihat persoalan bangsa yang lebih luas merupakan hal yang perlu dilakukan oleh guru. Dengan demikian, semangat Sumpah Pemuda yang dulu pernah bergelora di bumi nusantara dapat kembali dirasakan oleh generasi saat ini dan pada akhirnya memacu mereka untuk senantiasa berbakti kepada nusa dan bangsanya. Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober
Ramdhan Hamdani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI