Mohon tunggu...
Ramdan Hamdani
Ramdan Hamdani Mohon Tunggu... Guru, Penulis -

Nama Lengkap : Ramdan Hamdani, S.Pd\r\nPekerjaan : Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Masalah Sosial,\r\nBlog : www.lenteraguru.com\r\nNo Kontak : 085220551655

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memperbaiki Pola Rekrutmen Guru

13 Februari 2016   11:40 Diperbarui: 13 Februari 2016   12:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rendahnya kesadaran guru akan besarnya tanggungjawab yang diembannya merupakan persoalan serius yang dihadapi dunia pendidikan saat ini.  Adapun ketiadaan persyaratan khusus bagi calon guru saat memasuki Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan penyebab utama rendahnya kualitas lulusan yang dihasilkan. Hal itu diungkapkan oleh Paramadina Public Policy Institut (PPPI) melalui hasil studinya yang dirilis beberapa waktu lalu (“PR”, 18/01/2016). PPPI pun merekomendasikan kepada pemerintah agar LPTK yang ada dapat lebih memperketat seleksi tes masuk bagi para calon mahasiswa keguruan sehingga mahasiswa yang lolos adalah mereka yang benar-benar memiliki minat serta potensi untuk menjadi seorang guru di masa depan.

Jika kita telusuri lebih jauh, persoalan rendahnya kompetensi serta kualitas kinerja guru saat ini memang tidak dapat dilepaskan dari proses rekrutmen calon guru yang kurang selektif. Kenyataan menunjukkan, tidak sedikit dari mahasiswa yang menjadikan jurusan keguruan sebagai pilihan kedua atau bahkan pilhan terakhir. Tak heran apabila banyak mahasiswa keguruan yang kurang serius saat menjalani perkuliahan. Padahal, guru merupakan sebuah profesi yang memerlukan dedikasi tinggi dalam menjalankan aktivitasnya karena memiliki misi untuk melahirkan generasi unggul yang kompeten serta berakhlak mulia.

Di sisi lain LPTK sebagai lembaga yang diharapkan mampu menjadi ujung tombak dalam upaya perbaikan kualitas pendidikan melalui peningkatan kompetensi (calon) pendidik justru semakin jauh dari “fitrah” nya. Alih-alih mengembangkan kurikulum pendidikan keguruan sesuai kebutuhan di lapangan, LPTK yang ada justru asyik membuka jurusan-jurusan non kependidikan sebagai konsekuensi logis dari perluasan mandat yang diberikan kepada mereka. Alhasil, peran LPTK dalam melahirkan calon-calon pendidik berkualitas pun semakin menunjukkan arah yang tidak jelas.

Kondisi ini diperparah dengan tidak akuratnya data yang dimiliki oleh pemerintah terkait jumlah kebutuhan guru di lapangan.  Berbagai kebijakan terkait penempatan guru di daerah lebih banyak didasarkan pada asumsi maupun kepentingan tertentu.  Akibatnya, kesenjangan antar daerah dalam hal ketersediaan guru (berkualitas) pun menjadi salah satu persoalan yang hingga hari ini masih menjadi pekerjaan rumah.

Untuk dapat menghasilkan calon-calon guru berkualitas, LPTK yang ada hendaknya mampu melaksanakan proses seleksi yang cukup ketat dalam menentukan  mahasiswa yang akan diterimanya. Dalam hal ini psikotest serta serangkaian wawancara perlu dijalani oleh mereka yang mendaftar ke jurusan kependidikan. Di samping itu LPTK pun dituntut untuk senantiasa mengembangkan kurikulumnya agar para pendidik yang dihasilkan benar-benar siap dalam menghadapi berbagai dinamika yang terjadi di dunia pendidikan.

Adapun konsekuensi logis dari kebijakan untuk memperketat rekrutmen calon guru tersebut adalah adanya kewajiban bagi pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan guru. Kerja keras seorang guru sejak mengikuti proses seleksi yang begitu ketat sampai dengan pengabdian mereka di medan berat sudah selayaknya diapresiasi dan dihargai. Dengan demikian, profesi guru pun akan benar-benar memiliki nilai (value) di mata masyarakat dan diharapkan mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.

 

Ramdan Hamdani

 

www.pancingkehidupan.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun