9 Juli 2014, rakyat Indonesia akan melakukan pemilihan umum untuk memilih pemimpin negara ini. Ada 2 calon presiden memungkinkan akan dipilih oleh rakyat Indonesia. Masing-masing pendukung dari capres-capres tersebut sudah mengelu-elukan pilihannya dan menjelek-jelekan yang bukan pilihannya. Ini adalah salah satu bukti bahwa rakyat Indonesia sudah haus akan pemimpin yang "Baik". Namun, sayang sekali yang namanya baik itu subjektif karena tiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang pemimpin yang baik.
Seperti yang tadi saya bilang, pemimpin yang baik itu subjektif. Jadi saya mengizinkan diri saya untuk mencoba menjabarkan pemimpin yang baik menurut pandangan subjektif saya sendiri. Hanya satu kriteria yang akan saya gunakan untuk menentukan kebaikan seorang pemimpin, yaitu tindakan yang akan dilakukan saat rakyat yang dipimpinnya meminta kesejahteraan.
Pemimpin yang baik, menurut saya, adalah pemimpin yang mampu mendorong dan memotivasi rakyatnya untuk mencapai kesejahteraanya secara mandiri. Pemimpin yang kurang baik (jika tidak mau disebut buruk) adalah pemimpin yang akan memberikan kesejahteraan secara langsung dan cuma-cuma. Menurut saya sih, 2 kalimat di atas sudah cukup jelas, namun saya akan mencoba menjelaskannya dengan suatu analogi.
Orang tua adalah pemimpin dalam rumah dan anak-anak adalah rakyat di dalam rumah. Orang tua bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dari anak-anaknya. Tapi orang tua yang baik, sekali lagi menurut saya, adalah orang tua yang tidak memanjakan anaknya dengan memberikan begitu saja apa yang anaknya minta. Mereka biasanya memberikan hadiah jika anaknya sudah bekerja keras untuk mendapatkan suatu prestasi ataupun bekerja keras membantu pekerjaan mereka.
Tuhan, sebagai pemimpin manusia, pun tidak serta merta mengabulkan doa manusia. Terkadang manusia harus mengalami berbagai macam rintangan dahulu sehingga ia sadar dan mendapatkan apa yang dia inginkan. Tuhan hanya memberi kekuatan dan penyertaan kepada manusia hingga manusia mencapai tujuannya. Jika manusia malas-malasan, sesering apapun ia berdoa, Tuhan tidak akan mengabulkan permintaannya.
Jadi, kesimpulannya, pemimpin yang baik yang dibutuhkan oleh Indonesia adalah pemimpin yang tidak ingin mental rakyatnya menjadi mental pengemis. Mental pengemis yang hanya menunggu peran pemerintah untuk sejahtera. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memfasilitasi rakyatnya untuk mandiri mencapai kesejahteraan.
Sekian dan terima kasih..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H