Menikmati sisa-sisa waktu liburan kuliah semester ganjil ini saya gunakan untuk pergi ke daerah Pacitan, Jawa Timur. Pacitan yang lebih terkenal dengan keindahan goa-goa sehingga dijuluki kota 1001 goa ini juga memiliki nilai istimewa lain, salah satunya keindahan pantainya. Selain itu kota ini telah melahirkan orang no 1 di Indonesia saat ini, yaitu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan 7 orang teman yang lain, kami berangkat dari kota Jogja dengan 1 tujuan, yaitu berlibur di Pantai Klayar. Harus beberapa kali turun dari mobil untuk bertanya arah, harapan kami untuk segera sampai ke pantai tujuan seperti mendapat angin segar setelah mendengar kata 15 km lagi kami akan sampai. Akan tetapi, petunjuk arah dan petunjuk dari seorang warga tidak semulus dan seindah yang kami bayangkan, jalanan rusak dan setapak yang kami temui. Hingga akhirnya memang sampai ke pantai tujuan, namun ternyata ada jalan menuju Pantai Klayar yang lebih mudah. Never mind, karena kami seperti dibayar lunas dengan pemandangan, anugrah dan kuasa Tuhan yang maha dahsyat. Hanya dengan membayar retribusi Rp 3.000,- /orangnya, kami sudah bisa menikmati indahnya Pantai Klayar.
Hamparan pantai yang hijau membiru dengan iringan ombak yang menggulung seakan menghipnotis kami. Pasir putih yang tersingkap ombak menampilkan gradasi warna putih dan hitam. Tebing bebatuan sebelah timur dan barat pantai yang tidak kalah mempesonanya menambah eksotisme Pantai Klayar. Tebing sebelah barat yang terlihat hijau seperti sebuah bukit dengan tambahan pendopo / gardu memanjakan wisatawan untuk menikmati hamparan luas Pantai Klayar.
[caption id="attachment_244311" align="aligncenter" width="300" caption="doc pribadi"][/caption]
Langkah kami menapak ke arah timur pantai, dimana tebing bebatuan dihiasi hempasan ombak semakin menggoda untuk kami abadikan. Untuk menuju ke timur harus melewati sebuah sungai, namun tidak terlalu besar. Dan “jepret-jepret” kami berlanjut ke tebing yang mana diatas tebing terdapat sebuah “seruling”. Seruling ini bukanlah alat musik, akan tetapi lubangan dari bawah tebing karang yang terkena hempasan ombak sehingga bisa menyemburkan air ke atas seperti air mancur. Bak seperti mendapat mainan baru tanpa menghiraukan basah, kami pun “jepret-jepret” di seruling ini. Untuk menuju ke seruling ini harus didampingi oleh pemandu wisata, karena cukup bahaya dengan ombak Pantai Klayar yang bisa dikatakan besar. Tidak mahal untuk menggunakan jasa pemandu wisata ini. Dari atas tebing bebatuan ini kami dapat melihat luas hamparan pantai.
[caption id="attachment_244312" align="aligncenter" width="300" caption="doc pribadi"]
Selamat berlibur, tetap jaga kelestarian dan kebersihan :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H