Oleh Ramayanti Alfian Rusid S.Psi, MM.Kom
Ada pepatah mengatakan: anak singa pasti mengaum seperti singa juga. Artinya, tidak mungkin anak singa berubah menjadi anak kucing
Seperti kita ketahui, Surya Paloh merupakan sosok agresif, bersemangat, pioner, kompetitif, dan mengaum di podium dengan intonasi yang menggelegar disertai mimik wajah dan gerakan tangan untuk mendukung kata-kata yang diucapkan.
Itu terlepas dari berapa lama ia latihan di depan cermin (bila memang latihan), dan berapa banyak masukan dari orang-orang di sekelilingnya. Setidaknya, itulah gambaran sekilas sang orator.
Sementara sang buah hati, Prananda Paloh suaranya kecil, lembut dan cempreng dengan intonasi yang tidak nyaman di dengar. Hal itu saya perhatikan ketika ia memberikan ucapan selamat hari raya idul Fitri dua tahun lalu yang diunggah di Twitter (kalau tidak salah)
Begitu juga pidato lainnya di YouTube yang berjudul: Pidato Prananda Surya Paloh dalam Apel Siaga Baret Garda Pemuda Partai Nasdem. Saya amati pidato itu dari awal sampai akhir, dengan harapan muncul auman singa podium, seperti halnya sang bapak, tidak ada. Datar-datar aja. Isinya pun normatif.
Penampilannya sudah oke, postur dan brewokannya terlihat jelas bahwa itu merupakan gen Surya Paloh. Namun DNA suaranya dan gaya pidatonya kemana? Tentu ada yang salah atau ada yang tidak 'terwariskan' dari sang ayah.
Banyak perbedaan di antara keduanya, mungkin karena berlainan generasi. Surya terlahir dari generasi babby bommer (1946-1964). Dalam Wikipedia disebutkan: DR. Drs. Surya Dharma Paloh adalah Pengusaha Media dan Pimpinan Media Group yang memiliki Harian Media Indonesia, Lampung Post, dan Stasiun Televisi Metro TV.Â
Kelahiran: 16 Juli 1951 (usia 71 tahun), Banda Aceh
Pasangan: Rosita Barack (m. 1984)
Partai: Partai Nasional Demokrat