Mohon tunggu...
Rama Yanti
Rama Yanti Mohon Tunggu... Human Resources - Profesional dan penulis

Perduli terhadap kemanusiaan. Selalu ingin berbuat baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Senang Menantang Bahaya

29 Juni 2022   11:05 Diperbarui: 30 Juni 2022   18:19 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh Ramayanti Alfian Rusid

BAGAIMANA jika Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo tertembak di Ukraina atau Rusia? Tentu itulah pertanyaan banyak orang saat Jokowi melawat ke negara yang sedang dilanda peperangan tersebut.

Itu adalah pertanyaan yang wajar, mengingat di wilayah peperangan siapapun bisa menjadi korban. Entah oleh peluru nyasar atau peluru yang sengaja ditembakkan. Di Medan perang semuanya 'legal' dilakukan dan hampir tidak ada yang bertanggung jawab. Namanya juga perang.

Seperti diumumkan oleh Sekretariat Negara, dalam lawatan ke luar negeri kali ini Presiden Jokowi menuju Ukraina dan Rusia menggunakan kereta api yang berangkat dari Polandia. Lama perjalanan adalah 12 jam. Bukan waktu yang sebentar untuk sebuah perjalanan darat, apalagi di bawah desingan peluru, bom yang berjatuhan di sembarang tempat dan bahaya-bahaya lainnya.

Bersama rombongan, termasuk di dalamnya Ibu Iriana, Jokowi berangkat menggunakan kereta dari peron 4 Stasiun Przemysl Glowny di Kota Przemysl, Polandia tepat pada pukul 21.15 waktu setempat, Selasa, (28/6/2022).

Perempuan-perempuan Pengguncang Dunia
Jokowi sepertinya memang senang menantang maut di kawasan berbahaya. Agustus 2021 Jokowi pergi ke Afghanistan. Di negara yang dilanda perang saudara itu, Jokowi melenggang tanpa beban, padahal masyarakat biasa pun tidak berani berkeliaran sembarangan.

Jokowi juga datang ke kawasan paling berbahaya di dalam negeri, Nduga di Papua. Itu merupakan kawasan zona merah yang kerap terjadi penembakan oleh yang disebut gerombolan bersenjata.

Tentunya tidak ada yang berharap kepala negaranya menjadi korban peperangan, walaupun mungkin ada juga lawan politiknya yang menghendaki dia mendapat musibah. Dan amit-amit, seandainya marabahaya menimpa Jokowi, apa yang akan terjadi? UU menyebutkan, bila presiden atau kepala negara berhalangan tetap maka digantikan oleh wakil presiden menjadi presiden.

Setelah bertemu Presiden (Volodymyr) Zelensky dan Presiden (Vladimir) Putin secara terpisah pada 29 dan 30 Juni 2022 dalam rangka misi damai, Jokowi kembali ke tanah air awal Juni 2022. Selamat tiba kembali di tanah air Bapak Presiden, tentunya dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Amin.

* Ramayanti Alfian Rusid, S.Psi, MM. Kom, Pemerhati Masalah Sosial Politik dan Psikologi Masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun