Mohon tunggu...
Ketut Rama Withadarma
Ketut Rama Withadarma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tiket Pesawat Mahal, Rakyat Dicekoki Alasan oleh Menteri-Nya, Kok Gitu Sih?

3 Mei 2024   18:13 Diperbarui: 3 Mei 2024   18:17 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot pada Aplikasi Trip.Com CGK - SIN

Opini, Surabaya - Bukan rahasia umum bahwa harga tiket pesawat internasional jauh lebih murah daripada tiket domestik. Hal ini tidak hanya  terjadi di high season tetapi juga terjadi di low season. Sebagai contoh untuk penerbangan dari Jakarta (CGK) menuju Singapura (SIN) memakan biaya sekitar Rp. 500.000 hingga Rp. 800.000. Sedangkan untuk penerbangan dari Jakarta (CGK) menuju Surabaya (SUB) memakan biaya sekitar Rp. 800.000 hingga Rp. 1.200.000. Perbedaan yang signifikan bukan? 

Screenshoot pada Aplikasi Trip.Com CGK - SIN
Screenshoot pada Aplikasi Trip.Com CGK - SIN

Screenshoot pada aplikasi Trip.Com CGK - SUB
Screenshoot pada aplikasi Trip.Com CGK - SUB

Sikap Menparekraf dan Menhub

Dilansir dari Tempo pada 2 April 2024, Menparekraf Sandiaga Uno mengungkapkan permasalahan utama harga tiket pesawat domestik mahal karena suply and demand tidak seimbang. Perlu diketahui juga bahwa kenaikan harga tiket ini dikatakan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sudah ditetapkan melalui TBA (Tarif Batas Atas) dan TBB (Tarif Batas Bawah). 

Pada artikel ini juga Menparekraf memberikan statement yang sangat menggelitikan sekali dengan pernyataan "Kami harap wisatawan Indonesia bisa mengedepankan produk ekonomi kreatif " dan "Jangan banyak menghabiskan devisa di luar negeri, tapi menggerakkan ekonomi rakyat." 

Hal ini seakan-akan memaksa kita untuk menghabiskan dan menghamburkan uang di ekonomi domestik namun tidak ada penyelesaian oleh sang pemangku kebijakan. Hampir tidak pernah sekalipun langkah-langkah atau upaya yang dilakukan bisa menekan tingginya harga tiket pesawat. 

Masyarakat selalu dicekoki alasan bukan solusi, kita bayar pajak bukan untuk menerima alasan bung! 

Kerapkali Menparekraf menyatakan mahalnya tiket pesawat domestik itu dengan berbagai alasan dimulai dari maskapai internasional memberikan diskon penerbangan, tingginya harga bahan bakar karena konflik global hingga suply and demand. Perlu diketahui alasan-alasan ini selalu dikatakan, hal ini seakan omong kosong belaka. 

Belum ada solusi yang solutif. Pernyataan yang selalu dikeluarkan adalah "koordinasi" dan "akan segera diatasi". Pencekokan alasan ini tentu saja seakan membodohi masyarkat karena tidak ada kebijakan efektif. Lalu kita dipaksa meningkatkan ekonomi lokal tapi pesawat mahal? Sama saja seakan-akan memaksa kita untuk bergerak tanpa dukungan kebijakan yang sudah menjadi kewajiban sang pengambil kebijakan. 

Ada banyak hal yang bisa dilakukan kok tidak keliatan seakan "haha hihi"? 

Mahalnya tiket pesawat ini sangat tersoroti di masa periode Lebaran 2024, padahal mahalnya tiket pesawat ini sudah berlangsung lama dan tidak hanya terjadi di peak season saja. Alasan suply and demand ini seakan omong kosong saja. Faktanya ketika low season pun harga tiket pesawat mahal. 

Adanya pemberlakuan TBA dan TBB juga tidak direview oleh para pemangku kebijakan. Solusi yang dipertontonkan hanyalah koordinasi-koordinasi saja. Perlu diketahui bahwa jika harga bahan bakar avtur mahal, lantas mengapa penerbangan luar negeri bisa murah? Bukankah terdampak juga? 

Kemudian kenapa maskapai internasional dapat memberikan diskon penerbangan sedangkan maskapai domestik tidak? Bukankah bisa dilakukan diskon juga karena suply yang tinggi? Atau justru mau ambil untung sebesar-besarnya? Alasan-alasan ini seharusnya tidaklah dapat kita terima begitu saja karena ada permasalahan krusial dalam pengambilan kebijakan. 

IWPU dan PJP2U 

IWPU singkatnya adalah luran Wajib Pesawat Udara, dan (PJP2U) tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara. Kedua hal inilah yang turut menyumbang mengapa mahalnya tiket pesawat domestik lebih mahal dari internasional. Namun apakah kedua hal ini sering diungkapkan oleh para Menteri kita? Nampaknya tidak. 

Seharusnya para Menteri terbuka untuk solusi yang ingin diupayakan, tidak hanya memberikan statement tanpa solusi. Para Menteri ini seharusnya bisa mengambil kebijakan progresif, sudah seharusnya permasalahan ini ditanggulangi namun mengapa tidak? Masyarakat sudah muak dengan dicekoki alasan-alasan tidak masuk akal dari para Menterinya tanpa solusi berarti selama berbulan-bulan.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun