Mohon tunggu...
Ramadhan Pw
Ramadhan Pw Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya masih belajar, belajar mencintai lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jemputlah Aku Dalam Mimpi

10 Desember 2014   08:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:38 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14181486911864471317

Hallo apa kabar putri ? semoga kamu selalu sehat dan masih dalam lindungan-Nya .

Hari ini terasa berbeda buatku, aku terbangun dari mimpi yang tak pernah kutunggu, mimpi yang seharusnya tidak mendatangiku dan sungguh aku melihat bayang yang hadir kembali. Aku sudah mencoba acuh namun semakin ku menjauh rasa rindu ini semakin melawan.

Ya, itu bayangmu putri, kamu adalah putri yang selalu aku semogakan dalam patahan doa. Aku sadar kita tak ada ikatan sebelumnya tapi aku merasa kita tidak hanya sekedar teman namun sekedar pasanganpun juga bukan. Kita hanya sepasang bintang yang menyatu dalam orbit namun harus melebur setelah termakan massa. Sungguh kini aku merasajalan dan alur kita hilang tak membekas seperti embun yang termakan mentari.

Kita pernah berada dalam satu asa, pernah membawa satu pinta dibawah cinta yang sama namun apa daya jika sang waktu harus ikut berbicara. Aku bahagia bersamamu, aku senang bisa menemanimu dalam hitungan detik mengarungihari, aku bersyukur pernah menemanimu menjemput mimpi walau hanya sepotong semangat yang bisa aku beri.

Namun kini harus diakui jika keadaan sudah berlalu, kisah kita sudah termakan senja saat fatamorgana datang dan membuatku tinggal dengan asa yang sebatang kara. Kau tumpahkan harap ini dan kau memaksaku membersihkannya sendiri , kau terlihat seakan tak peduli dengan cita yang pernah kita gapai bersama.

Guguran kasih membuatku makin terdiam mengingat nafas yang berjatuhan seiring mimpiku yang kau tinggalkan. Awalnya aku mengiramu sebagai putri yang bisa aku damba, kau yang selalu aku bangga. Namun nyatanya ? kau pergi begitu saja meninggalkan darah tanpa membebaskan nadi ini, awalnya aku tak percaya akan seburuk ini bahkan tak menyangka kau akan memotong harap yang terbangun bersama.

Waktu sudah berlalu, aku tak bisa memaksamu tetap tinggal bersamaku karena lebih baik aku memberimu ruang untuk gapai mimpi yang baru. Setelah kepergianmu kini malam yang datang terlihat lebih gelap bagiku sekalipun ada cahaya itu tak bisa secerah jiwamu dulu.

Namun untungnya aku masih punya mereka yang selalu dibelakangku, mereka yang menemaniku tuk menulis ulang cerita dan kisahku, walau harus menantang rasi bintang namun aku percaya jika bulan tidak akan mendurjana secepat ini, walau harus ditinggalkan semesta aku yakin harap dan asa akan tetap menempel dalam hening kepala doa.

Kamu mungkin tak percaya betapa hebat cinta yang sudah datang, sebongkah rindu yang kian meradang, Dalam tekad bertahan aku masih mampu hembuskan kasih. Dan ketika lelah aku hanya bisa mendekap harap yang tersisa, meski langkahku harus terbata namun aku tak pernah mengemis pinta yang telah ada.

Hanya pena dan tinta yang temaniku hadapi rasa, dan demidoa yang selalu kupuja aku tak pernah merindukanmu sedalam ini, aku tak pernah melihatmu sejauh ini. Untukmu wahai putri senja jemputlah aku dalam mimpi malam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun