Mohon tunggu...
Rama Romeo
Rama Romeo Mohon Tunggu... -

memandang dari sudut yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pabrik Semen Ditutup, Rakyat Semaput

23 Januari 2017   18:11 Diperbarui: 23 Januari 2017   18:24 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo harus benar-benar turun ke ring-1 desa-desa di sekitar Pabrik Semen Rembang. Akibat tindakannya mengikuti putusan MA, mencabut izin PT Semen Gresik Plant Rembang, ribuan rakyatnya menjerit. Fakta di lapangan menunjukkan, mayoritas penduduk mendukung dan menerima kehadiran pabrik semen, sementara yang menolak bisa dihitung jari.

Apalagi sekarang, pasca Gubernur Ganjar mencabut izin PT Semen Gresik Plant Rembang, penderitaan rakyat mulai terlihat. Yang kongkrit misalnya, kantin-kantin di lingkungan pabrik yang dikelola warga setempat, omzetnya turun drastis.

Seorang warga Desa Kadiwono, Tini (19), yang sedang menjaga kantinnya mengungkapkan, sejak pabrik menghentikan operasionalnya, omzet kantin yang dikelola bersama keluarganya, praktis terjun bebas. Bahkan, besar kemungkinan tutup, setelah tidak ada lagi kegiatan operasional di pabrik.

Tini mengaku belum tahu rencana selanjutnya. “Kami masih berharap dan memohon pemerintah membuka pabrik ini lagi, karena banyak warga Rembang baik dari Ring I maupun di luar Ring I, yang bekerja di sini,” katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Triningsih, warga Desa Trimbangan yang juga mendapat kesempatan PT SI untuk berjualan makanan di kantin Plant Rembang. Menurutnya, keberadaan pabrik semen di Rembang sangat membantu warga di lingkungan Ring I. Di kalangan ibu-ibu misalnya, selain diberi kesempatan membuka kantin, juga ada yang diberi peluang menyediakan makanan kecil untuk karyawan pabrik. 

Sementara itu, para sopir warga Trimbangan, yang ditemui di sebuah bengkel truk, mengeluhkan hal yang sama. Semenjak pabrik dihentikan operasionalnya, mereka tidak mendapatkan order lagi. “Judeg (pusing – red) Pak. Sudah tidak dapat job lagi. Biasanya dapat order angkutan 4-5 kali sehari, sekarang nol,” kata Lasidi.

Rekan seprofesi lain, Sopyan berkomentar sama. “Saya punya cicilan motor dan tanggungan biaya dua anak sekolah. Cicilan kenderaan sudah mau jatuh tempo. Bingung saya mau cari kemana, ini sudah beberapa hari belum dapat pekerjaan,” katanya.

Warga Ring I lain, bernama Sarno, juga berharap pemerintah lekas memberikan izin operasi bagi PT SI untuk bisa memulai produksi semennya dari Rembang. Ditemui saat istirahat menemani warga pro PT SI yang ada di “Tenda Perjuangan”, bekas buruh bangunan yang dulu merantau ke sejumlah kota di Jawa Timur dan Jakarta itu, mengaku bersyukur karena dapat bekerja di PT SI.

“Dulu jadi kuli bangunan sehari paling dapat upah Rp 70-ribu. Sekarang penghasilan saya tetap dan lebih besar. Saya sudah bisa beli sepeda motor, tidak perlu ngutang, cash,” katanya sambil menunjukkan kendaraannya yang masih kinclong.

Sabar dan Sarno
Sabar dan Sarno
Warga lain bernama Sabar, bukan termasuk yang mendapat pekerjaan dengan adanya pabrik Semen Rembang. Meski begitu, ia berposisi mendukung, dan berdiam di tenda perjuangan Pro Semen Rembang. Ia mengaku sangat senang dengan keberadaan pabrik semen di Rembang. “Saya sedikit banyak ikut merasakan kebaikan dengan adanya pabrik semen ini. Untuk umum, tampaknya lebih banyak lagi, apalagi seperti mas Sarno ini yang menjadi karyawan,” katanya.

Sejumlah warga lain yang ditemui, umumnya sangat berharap agar PT SI diizinkan untuk melanjutkan kegiatan produksinya. Ribuan warga Rembang benar-benar merasakan manfaat adanya pabrik semen di Rembang tersebut. Isu penolakan yang seolah gencar, ternyata hanya gencar di media sosial. Di desa-desa sekitar lokasi, suasana sangat-sangat tenang. Mayoritas penduduk justru mendukung kehadiran pabrik semen.  Pak Gubenur harus tahu dengan mata-kepala sendiri fakta itu di lapangan. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun