3. Kejahatan Sebagai Ujian atau Pembelajaran
Beberapa tradisi religius melihat kejahatan dan penderitaan sebagai ujian atau kesempatan untuk pertumbuhan spiritual. Dalam pandangan ini, pengalaman penderitaan dapat membawa individu lebih dekat kepada Tuhan dan meningkatkan kualitas moral serta spiritual mereka.
Misalnya, dalam tradisi Kristen, penderitaan sering kali dipandang sebagai cara bagi Tuhan untuk mendidik umat-Nya atau menguji iman mereka. Dalam Alkitab terdapat banyak contoh di mana tokoh-tokoh mengalami kesulitan sebagai bagian dari rencana ilahi yang lebih besar.
 4. Pandangan Teologis Kontemporer
Dalam beberapa dekade terakhir, banyak pemikir kontemporer telah mengembangkan pandangan baru mengenai masalah kejahatan dalam konteks teodesi. Salah satu pendekatan baru adalah "teologi proses," yang berargumen bahwa Tuhan tidak sepenuhnya mengontrol segala sesuatu di dunia ini tetapi bekerja bersama dengan ciptaan-Nya untuk mencapai tujuan ilahi.
Pendekatan ini menekankan bahwa meskipun Tuhan memiliki kekuatan dan pengetahuan yang besar, Dia juga menghormati kebebasan ciptaan-Nya sehingga memungkinkan terjadinya kejahatan sebagai bagian dari proses perkembangan dunia.
 Kesimpulan
Diskursus tentang kejahatan dalam pemikiran teodesi merupakan tema penting yang terus relevan sepanjang sejarah pemikiran agama dan filsafat. Melalui berbagai pendekatan---mulai dari penekanan pada kebebasan manusia hingga pandangan kontemporer seperti teologi proses---diskursus ini berusaha menjawab pertanyaan mendasar tentang bagaimana keberadaan Tuhan yang Maha Baik dapat berkoeksistensi dengan realitas kejahatan di dunia.
Dengan memahami berbagai argumen dalam diskursus ini, kita dapat lebih menghargai kompleksitas masalah moral dan spiritual yang dihadapi umat manusia serta menemukan cara untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan bijaksana.
 Daftar Pustaka
1. Peterson, M.L., (2016). The Problem of Evil: A Challenge to Religious Faith. Oxford University Press.