Sritex ini. Dari sini kita diperlihatkan bahwasannya penting sekali untuk sebuah perusahaan untuk mengontrol keuangan dan menyesuaikan volume produksi dan penjualan supaya dapat menyesuaikan pengeluaran produksi dan pendapatan.
Pada tahun 2024 ini ramai sekali kita mendapati informasi tentang banyaknya industri yang dinyatakan tutup. Kini salah satu perusahaan textile yang berkantor pusat di daerah Sukoharjo yaitu P.T. Sri Rejeki Isman Tbk dinyatakan pailit. Banyak sekali faktor dari kemunduran perusahaan ini salah satunya adalah karena memiliki beban hutang yang sangat besar, hal ini menunjukan bahwa faktor keuangan menjadi faktor yang menjadi penyebab pailit P.T.Bagaimana Pailitnya P.T. Sritex  jika dilihat dari sisi akuntansi manajerial
Perusahaan industri garmen PT. Sritex resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negri (PN) Niaga Semarang pada 24 Oktober 2024, putusan ini keluar setelah sritex melewati masalah utang yang menggunung. Akbitan dari adanya informasi ini, ada sekitar kurang lebih 20.000 buruh pabrik yang terancam di PHK. PT. Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex berdiri sejak tahun 1996 dari toko kecil yang bernama Sri Redjeki. Sejak tahun 1978 perusahaan ini berkembang menjadi industri textile yang terintegrasi. Sritex juga berkembang menjadi salah satu produsen garmen terbesar yang ada di Asia Tenggara. Selain terancamnya ribuan karyawan yang akan di PHK, berita pailitnya PT. Sritex ini juga menimbulkan berbagai macam pertanyaan mengenai strategi bisnis dan operasional pabriknya. Lewat artikel opini ini kita dapat mencari lebih dalam mengenai kenapa Sritex ini mengalami kesulitan, dan apa pelajaran yang bisa diambil untuk perusahaan ini atau perusahaan yang lain untuk menghindari hal serupa.
Pailitnya PT. Sritex  diawali ketika perusahaan tersebut memiliki status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Kenaikan utang sritex ini muncul akibat kenaikan utang jangka pendek yang dihitung pada akhir Maret 2024 sebesar 42,91 juta dollar AS. Dari beberapa sumber yang didapat, kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek sudah mengkhawatirkan sejak Desember 2020. Ditambah setelah menjalani masa pandemi Covid-19 yang terlalu berdampak membuat bahan baku tidak bisa diolah menjadi produk karena permintaan textile yang juga turun.
Dalam hal ini manajer sritex menghadapi tantangan utama untuK menaikan efisiensi dari biaya yang dikeluarkan, meningkatkan volume penjualan produk. Adapun analisis yang didapat dari sisi akuntansi manajemen adalah sebagai berikut.
Manajemen hutang. Perusahaan perlu menerapkan analisis ini karena mereka memiliki utang yang sangat banyak melebihi kapasitas mereka.
Analisis Biaya Volume Laba (BVL). Manajemen sritex perlu menerapkan analisis ini untuk melihat titik impas. Keadaan seperti covid-19 membuat perusahaan gagal mencapai titik impas. Jika penjualan tidak memenuhi untuk menutupi biaya tetap, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Analisis ini juga berguna untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan mengurangi biaya biaya yang bisa ditekan.
Activity Based Costing (ABC). Analisis ini dapat membantu sritex mengalokasikan biaya secara akurat ke setiap departemen. Analisis ini membantu sritex mengurangi aktivitas mana yang menggunakan biaya tinggi yang dapat ditekan.
Perencanaan Anggaran dan Pengendalian Biaya. Sritex memiliki proses produksi yang padat, pada hal ini metode ini dapat membantu manajemen untuk membantu mengidentifikasi departemen mana yang perlu untuk menghemat biaya. Seperti mengurangi karyawan atau mengurangi produksi.
Sritex adalah salah satu perusahaan textile terbesar di Asia Tenggara. Walapun begitu, tidak mengubah fakta bahwasannya perusahaan ini terlilit hutang yang sangat tinggi. Sritex masih memiliki banyak kesempatan untuk menghindari kebangkrutan nya dengan melakukan beberapa saran untuk mengoptimalkan laba perusahaan.
- Menganalisis kembali pasar dan menentukan harga guna meningkatkan profitabilitas
- Mengurangi biaya biaya yang bisa ditekan seperti mengurangi karyawan dan produksi barang sampai kondisi pasar kembali membaik
- Mempertimbangkan disversifikasi produk dan fokus pada segmen yang paling menguntungkan
3 hal diatas mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan lainnya terlebih yang memiliki masalah serupa seperti kurangnya volume penjualan dan terlilit dengan hutang yang sangat besar. Setidaknya perusahaan perlu melakukan riset sebagai langkah awal untuk menyesuaikan jumlah produksi dan kebutuhan pasar.