Mari siapkan Kopi dan rokoknya (bagi yang merokok) duduk dengan tenang dan rapih, Â simak baik-baik ya.
Bahwa pada zaman dahulu di masa nabi, terdapat seorang laki-laki di kota Madinah yang melakukan perjalanan antara Syam Ke Madinah untuk berdagang. Ditengah perjalanan laki-laki tersebut di rampok oleh para perampok, ia diberhentikan kemudian seluruh hartanya diambil tanpa terkecuali. Lalu setelahnya laki-laki perampok tersebut menghunuskan pedang kepada orang ini yang sedang melakukan perjalanannya untuk berdagang.
Pedagang ini dengan tenang dan tanpa ada keraguan sedikit pun, sambil menatap mata seorang perampok yang sedang mengarahkan pedang kepadanya. Pedagang tersebut berkata "Wahai Fulan jika engkau menginginkan hartaku, ambilah. Tapi biarkanlah aku melankutkan perjalanan".
Dengan gelagat tubuh yang kurang menyenangkan untuk dipandang dan dengan entengnya pula perampok menjawab " Adapun harta itu sudah menjadi milikku, Â sekarang aku menginginkanmu, Â aku ingin membunuh mu, " dengan senyumnya yang sinis, penjahat tersebut menatap tajam pedagang tanpa berkedip sedikitpun.
Pedagang pun berfikir, merasa dirinya tidak memiliki jalan keluar lagi, tidak ada yang harus diperbuat dan kebingungan karena tidak ada pilihan yang pasti, hal apa yang akan dilakukannya. Pedang tersebut menjawab "Wahai Fulan jika engkau ingin menyakitiku, membunuhku, maka lakukanlah sekarang juga, tetapi sebelumnya berilah aku kesempatan untuk melakukan salat 2 rakaat terlebih dahulu,".
Lalu perampok ini mengatakan "Iya sudah kalau begitu salatlah, aku akan berikan kau waktu sebentar".
Maka pedagang ini pun mendirikan salat dengan sangat khusyuk dan ketika sedang melaksanakan salat setelah membaca Surah Al-Fatihah pedagang ini pun membaca Surah An-Naml ayat 62.
Surah tersebut artinya "bukankah dia Allah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepadanya dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu manusia sebagai khalifah pemimpin dibumi? Â Apakah disamping Allah ada tuhan yang lain? Sedikit sekali nikmat Allah yang kamu ingat.
Pedagang tersebut membaca ayat tersebut dengan syahdu, penuh penghayatan, khusyuk dan perenungan.
Di dalam hatinya yang sangat dalam ia meyakini akan firman-firman Allah swt. Ia berharap kepada Allah swt untuk memberikan pertolongan kepadanya. Hanya Allah lah, menurutnya, Â jalan satu-satunya saat ini, karena ia sedang dalam posisi terancam, terdesak, kesulitan dan kesusahan.
Setelah selelsai melaksanakan salat lalu dia mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-nama Allah yang sangat mulia.