Mohon tunggu...
Ramadina salwandafatihah
Ramadina salwandafatihah Mohon Tunggu... Bankir - MAHASISWA

Saya suka menulis dan bersepeda. saya suka minuman coklat tapi tidak dengan coklat batangan, kaloemas batngan bolehlah...sekian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

BBM Naik, Pengangguran Meningkat?

18 September 2022   16:59 Diperbarui: 18 September 2022   20:55 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita tahu per Sabtu, 03 sebtember 2022 pukul 13.30 WIB Pemerintah dengan resmi menaikan harga BBM dan berlaku 14:30 WIB satu jam sejak diresmikannya kenaikannya harga BBM yang masing masing harganya, pertalite dari Rp7.600/liter menjadi Rp10.000/liter, solar dari harga Rp5.550/liter menjadi Rp6.800 dan untuk pertamax dari harga Rp12.500/liter menjadi Rp14.500/liter.

Banyak hal yang memicu atas kenaikan harga BBM. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kenaikan harga BBM sebagai pengalihan subsidi merupakan pilihan terahir yang diambil dalam kondisi yang sulit akibat gejolak harga minyak dunia. Presiden menyatakan, pemerintah sudah sejak lama menahan bendungan subsidi BBM dari APBN karena sudah terlalu besar, yang semula sebesar 170 sekian triliun menjadi 502T, menurut beliau negara manapun tidak sanggup menanggung subsidi BBM seperti indonesia. Selain itu lebih dari 70% BBM bersubsidi justru dinikmati oleh kalangan masyarakat mampu yakni para pemilik mobil pribadi.

Kementrian keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa anggaran subsidi dan kompensasi energi yang mencapai 500 sekian triliun rupiah sebagian besar dinikmati oleh orang kaya dari total pertalite yang disubsidi dsenilai 93T kepada masyarakat.

Sebesar 80% subsidi tersebut dinikmati oleh keluarga menegah atas dan hanya 20% yang dinikmati oleh keluarga miskin, dan juga solar yang nilai subsidi mencapai 143T dari catatan kementrian keuangan sebesar 89% yang berkisar sekitar 127T banyak dinikmati oleh dunia usaha dan orangkaya sedangkan sisanya yakni 11% dinikmati oleh rumah tangga dan ternyata, sebesar 95% dinikmati oleh rumah tangga kaya dan 5% lainnya dinikmati oleh keluarga miskin seperti petani dan nelayan.

Karena beberapa hal diatas BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian. Dan pengalihkan subsidi dialihkan untuk bantuan langsung tunai yang dikira lebih efisien dan tepat sasaran yaitu bantuan BLT sebesar 14,4T untuk 20,65jt keluarga kurang mampu. yakni sebesar 150rb/bulan, yang akan  mulai diberikan pada bulan sebtember selama 4 bulan.

Tetapi kenaikan BBM ini memicu banyak hal yang akan terjadi  reaksi dan efek publik. Rizal Ramli Menko perekonomian periode 2005-2010 menilai kebijakan Presiden Jokowi menaikan harga BBM sebenarnya tidak perlu, begitu puula dengan pertamina yang sangat tidak efesien beliau menilai ketidak efesiensi pertamina sebesar 20% dan bisa jadi lebih.

Jika seandainya pertamina dapat membenarkan ketidakefesiensinya terutama dari segi biaya itu bisa sangat menghemat sekitar 100T dalam waktu yang cepat jadi beliau menanggapai bahwa kenaikan harga BBM itu tidak perlu.

Banyak hal kontra yang telah diberikan publik. Serikat buruh menggelar aksi besar besaran untuk menyuarakan aksi penolakan kenaikan BBM pada tanggal 06 hingga 09 september di 33 provinsi yang dikoordinasi oleh KSPI Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia.

Ratusan buruh dipurwakarta juga turun kejalan untuk menolak kenaikan harga BBM dan menuntut kenaikan upah kerja. Ribuan buruh dari sejumlah perusahaan melakukan aksi mendorong sepeda motor disejumlah jalan protokol kantor bupati.

Para Mahasiswa juga ikut menggelar aksi demonstrasi tolak kenaikan harga BBM pada kamis, 15/09/2022 pada siang hari dijalan, aliansi BEM SI memberikan ultimatum kepada pemerintah selama 7x24 jam untuk memenuhi tuntutan.
Tidak hanya Buruh dan Mahasiswa saja banyak elemen sipil yang ikut mendemonstrasikan untuk menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM.

Semetara itu banyak hal kontra dan efek yang akan terjadi jika BBM dinaikkan salah satunya yakni pada sektor inflasi. Inflasi diduga bisa saja menyentuh 8% hingga 8,5% dan dari hal ini dapat menyebabkan daya beli masyarakat tertekan dan angka kemiskinan sudah dipastikan akan ikut naik. Angka kenaikan inflasi yang jika menyentuh 8,5% merupakan angka yang relatif tingggi jika dibandikankan dengan beberapa tahun terahir terjadinya lonjakan inflasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun