Degradasi lahan pertanian masih menjadi masalah utama yang harus dihadapi demi keberlangsungan proses budidaya pertanian, tidak terkecuali di Desa Rejoagung, Kecamatan Semboro. Masifnya penggunaan pupuk kimia yang tidak terukur dapat berdampak pada keberlanjutan pertanian di Desa Rejoagung. Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi kerusakan tanah adalah dengan pemberian bahan organik pada tanah.
Potensi di Desa Rejoagung yang digali oleh mahasiswa KKN-Kolaboratif Kelompok 112 adalah pemanfaatan kotoran hewan sapi dalam upaya perbaikan kondisi tanah. Kohe sapi apabila dibiarkan begitu saja dapat menjadi limbah dan sumber penyakit bagi lingkungan sekitar.Â
Padahal, kohe sapi yang dikelola dengan baik dapat menjadi bahan organik yang baik dalam perbaikan tanah yang telah rusak. Pembuatan pupuk organik, baik padat maupun cair, menggunakan bahan utama kohe sapi menjadi salah satu langkah dalam mengatasi kerusakan kondisi tanah pertanian di Desa Rejoagung.
Pengelolaan kotoran hewan sapi menjadi pupuk organik padat dilakukan dengan mencampurkan beberapa bahan organik, seperti kohe sapi, tanah, limbah organik rumah tangga, EM4, molase, dan tanah.Â
Pembuatan pupuk organik berbahan kohe sapi dilakukan dengan metode fermentasi selama kurang lebih 2 hingga 3 minggu. Informasi mengenai pemanfaatan kohe sapi sebagai pupuk organik disampaikan melalui kegiatan sosialisasi yang dilakukan pada acara ibadah masyarakat Rejoagung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H