Mohon tunggu...
Rama
Rama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis merupakan pengamat sastra dari pulau Ra'as

penulis suka mengamati kedaan sosial dengan satir-satir sastra. dari prihal cinta, hukum, politik, pemerintahan, lebih-lebih terhadap realitas panggung kehidupan yang mulai fana.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Gadis Itu Namanya Rana

22 Juli 2024   17:30 Diperbarui: 22 Juli 2024   18:48 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            lambai dentungan aingin diujung ranting tua, menerabas kedasar lautan menjelman arus disebrang pulau-pulau kecil, debur ombak ditepian, mengobok-obok perahu membawa senja tengelam diujung barat. Serta suara burung diangkasa, berkicau layaknya berbicara dengan alam semesta, menagih hidup yang entah dimana ia akan singgah seperti raja Roma. Gemuruh dikejauhan terdengar teramat bising, lambat laun suaranya seperti tangisan anak malang dipinggiran kota, jalan-jalan setapak lapuk dengan bekas jejak nelayan, kakinya saling bersebrangan satu dan lainya, dan senyum manis mulai terlihat dibawah pohon cemara, lekuk tubuhnya bagai patung seorang raja, serta kerudung meliliti leher dengan anggun, jemarinya menghelai sarungnya dengan santai. Aku tampak lebih serius melihatnya dengan tanang dari kejauhan, menikmati sembari memalingkan wajah, seolah tak ada apa-apa diujung sana, nyatanya aku sesekali melirik pundaknya dibalik pohon, berharap ada tegur sapa untuk pertama kalinya dengan gadis desa itu.

            Orang mengenalnya dengan nama Rana, perempuan yang dilahirkan ditanah masyarakat nelayan ini, banyak mengagumi dan baranggapan dapat meminangnya dan menjadikannya ibu dari anak-anaknya. Nama Rana bukanlah hal yang tabuh di Desa Polo, semua pemuda mengenalnya, dengan hias wajah rupawan, serta suara lembut yang sesekali membuat deguk hati semakin kencang. Tapi entalah mengapa, anggapan itu bagaikan kutukan bagi kaum laki-laki di desa, begitupun dengan wilayah hatiku, melihatnya dari kejauhan sudah mulai tumbuh bunga-bunga rasa cinta, yang entah dari mana ia hadir hingga membuat segalanya seperti manusia bertemu dengan tuhanya.

            Barangkali aku akan selalu melihatnya, bukan untuk sekedar melihat, sesekali aku akan tunjukkan kemampuan rasa penasaran saya sebagai orang yang ingin ikut ambil bagian dalam memupuk harapan itu, sebab Rana, bukanlah gadis yang diperebutkan oleh laki-laki sembarangan, barangkali diriku, laki-laki yang mempunyai keinginan dan cinta yang besar, akan membuatnya bahagia dihari kelak.

Baca juga: Rumah Singgah

            Rana memang cantik nan anggun, dia layak dijadikan ratu, dia layak dijadikan perempuan istimewa, dia layak untuk diperjuangkan, sementara bagiku, walaupaun ada banyak ketidak mungkinan, setidaknya mencoba untuk memperbesar keyakinan adalah langkah awal untuk mendapatkannya, sebab pemenang lahir bukan dari persiapan yang mempuni, melainkan keyakinan dan kemampuan untuk membuatnya bahagia adalah cara awal untuk sesekali diberikan.

            Aku yang berangkat dari penuh kekurangan, setidaknya membuatnya tersenyum adalah kebahagianku, sebab aku yakin, cinta dilahirkan untuk memberikan sesuatu yang kekal, dan menjadikannya kenangan hingga menutup mata diantara kita. Rana, aku mencintaimu dengan diam, sebab dalam diam tidak akan ada penolakan, aku mencintaimu dengan dalam, sebab aku akan menyilam kedasar hatimu dengan senyuman, aku mincintaimu tanpa alasan, sebab alasan itu adalah aku tidak ingin pergi dan membawa air mata denganmu. dan aku mencintaimu sebagaimana kau mencintai Tuhan dan Nabimu.

            Jika nanti aku kalah mendapatkanmu, ketahuilah, bahwa tiada orang selain dirimu yang pernah membuat wilayah hatiku pernah menangis dengan hina, gagal dalam merenggut kesucian yang pernah saya bayangkan, adalah kefakiran saya dalam memanjamu layaknya seorang ibu kepada anaknya, dan jika aku ditakdirkan tuhan untuk menjagamu, maka akan aku jaga sebagaimana kau menjaga kesucianmu dari orang-orang fana dan bengis.

Baca juga: Keras Kepala

Baca juga: Jejak Rekam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun