Mohon tunggu...
Rama
Rama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis merupakan pengamat sastra dari pulau Ra'as

penulis suka mengamati kedaan sosial dengan satir-satir sastra. dari prihal cinta, hukum, politik, pemerintahan, lebih-lebih terhadap realitas panggung kehidupan yang mulai fana.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jejak Rekam

17 Juni 2023   14:40 Diperbarui: 29 Agustus 2023   12:50 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku adalah manusia yang selalu membuat tulisan
Sebab aku yakin, suatu saat nanti kamu akan menyampaikan
bahwa tidak ada kesimpulan untuk selalu mengenang

    Takkan ada habisnya aku menceritakan kisah ini, pahit manis akan selalu kutuangkan pada sebuah diksi, walau kamu tidak pernah menyuruhku untuk berhenti, setidaknya dengan cara-cara semacam ini adalah bentuk representatif agar kita kelak terus abadi. Banyak orang-orang kehilangan jejak rekam yang telah mereka lewati, hingga setelah mereka sudah sama-sama mengasingkan diri, ada kegundahan yang menggrogoti untuk bisa Kembali, tapi sayang karena mereka tidak sehebat kita, pada akhirnya tidak bisa bernostalgia ke masa-masa dimana mereka pernah berbagi rasa.

    Aku tahu, bahwa setiap orang mempunyai cara sendiri dalam menyimpan sebuah perjalanan, tapi tidak semua orang bisa mengabadikan sebuah cerita dalam sebuah kenangan, itulah sebabnya mengapa aku ingin melahirkan kita dalam sebuah tulisan, karena harapanya ketika kita sudah tidak lagi dalam pandangan, sudah tidak lagi sama-sama mendekap dalam pelukan, sudah tidak lagi bergandengan tangan, dan sudah tidak lagi sama-sama menjadi sandaran, pada akhirnya kita akan kembali pada sebuah tulisan yang tertuang dalam buku lembaran.

    Akhirnya aku berharap dengan sangat terhadap dirimu, jika telah sampai dimana kita dipisahkan oleh waktu, kemudian ada bekas yang mengantarkan kita untuk merindu, mulai pelan-pelan baca tulisan ini, kembali temukan kita pada sebuah buku, dan hadirkan senyummu sebagai tanda bahwa kita pernah bahagia walau juga pada akhirnya kita tidak lagi bersama, jangan boleh menuangkan air mata, jangan juga menjadi manusia yang kehilangan cara dalam mengikhlaskan sebuah kisah, sebab menjadi manusia kuat adalah bagaimana kita mampu mendewasakan sebuah luka menjadi sebuah kata bahagia.

    Perlu juga aku sampaikan kesaktian dalam mengabadikan kehidupan ini pada.  sebuah tulisan, ambil saja beberapa karya orang-orang hebat, mereka berterus terang dalam mengisahkan sebuah cerita, bagaimana ada didalam sebuah rasa luka, juga pernah bahagia karena sama-sama merasakan dua hati yang tidak berjalan dalam satu arah, mungkin memang benar, bahwa dengan cara-cara semacam tulisan, adalah kegiatan paling menyenangkan untuk kembali dalam sebuah perasaan.

    Untuk saat ini biarlah kita memperbanyak senyuman, sebab waktu tidak pernah berjanji kapan kita akan dipulangkan bersama kenangan, biarlah kita keluyuran dengan versi kita sendiri, sembari merangkap tawa yang tercipta dalam sebuah cinta, kemudian menyisihkan kata pisah tanpa harus memberatkan satu sama lain, sebab denganmu aku tidak ingin melihat air mata, walau sebetulnya hal itu masi kita tunda, menunda sebuah rasa luka bukan kekejam yang disengaja, malainkan hanya memperindah luka agar tidak terlalu mempersingkat kata pisah,

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun