Mendekati tanggal 9 april 2014 para calon anggota legislatif semakin giat untuk mencari simpati masyarakat, berbagai strategi dilakukan baik dengan mendatangkan sang pimpinan partai maupun dengan melakukan pendekatan kekeluargaan, kelompok, agama, suku, dan sejenisnya, kesemua itu hanya satu tujuan yakni dukungan dan pilihan suara rakyat. Memang dengan pemilihan seperti ini para calon anggota legislatif harus proaktif bertemu masyarakat untuk menyampaikan program ketika terpilih menjadi anggota legislatif.
Teranyar, dari kelompok syiah telah merubah jalan dakwah mereka, ini sangat menarik dengan masuknya tokoh syiah indonesia Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal)sebagai salah satu calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Jauh sebelum Kang Jalal masuk sebagai calon anggota legislatif, syiah telah menjadi perbincangan oleh kalangan islam lainnya, kasus madura misalnya sampai hari ini belum menemukan titik temu tentang keberadaan kelompok syiah didaerah itu, intinya masyarakat belum menerima syiah sebagai salah satu bagian dari islam, yang menurut para ulama, syiah telah menyimpang dari ajaran islam bahkan adapula yang mengatakan bahwa syiah bukan bagian dari islam.
Tetapi, rupanya kelompok syiah ini memiliki arah yang berbeda, mereka tidak lagi mendiskusikan tentang sah atau tidaknya keberadaan mereka di indonesia karena sepertinya hal ini akan sia-sia, penolakan akan terus terjadi sehingga keberadaan kelompok ini akan tetap sulit untuk diterima masyarakat. Dengan adanya pemilu ini mereka melihat inilah peluang emas untuk menumbuhkan eksistensi syiah di negara ini. Mereka sadar regulasi hanya bisa dibuat dan dilakukan melalui legislatif, sehingga jika kelompok ini berhasil masuk dalam legislatif maka langkah mulus pun akan diraih. Terlebih mereka memilih PDIP sebagai kendaraan politik untuk mengantarkan ide-ide syiah masuk dalam regulasi.
Bagi partai politik, fenomena seperti ini tidaklah menjadi persoalan, yang utama seberapa besar suara yang bisa diberikan untuk partai, begitupula sebaliknya dengan yang penting kepentingan kelompok bisa disuarakan dan mendapat dukungan partai, inilah yang disebut gayung bersambut. Tetapi bagi umat islam cara ini perlu diwaspadai karena akan memberikan kekuatan baru bagi kelompok ini, tentunya diperlukan kehati-hatian dalam menentukan pilihan, lihatlah tokoh yang benar-benar menjadi panutan untuk menyuarakan kepentingan masyarakat, dan yang utama pilihlah partai yang bisa mengayomi kepentingan ummat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H