Tinggal didaerah pemukiman muslim adalah kebahagian tersendiri yang tak dapat terlukiskan, ini akan berbeda jika kita berada di Indonesia yang penduduknya dominan muslim. Di negeri gajah putih ini yang mayoritas beragama budha akan terasa sulit untuk menemukan tempat ibadah ummat islam. Salah satu tempat pavorit warga Negara Indonesia adalah daerah Petchburi Soi 7 Bangkok, didaerah ini terdapat pemukiman muslim yang tentunya memiliki masjid cukup besar. Masjid Darul Aman ini dijadikan sebagai aktifitas keagamaan, lokasi masjid ini sangat strategis yakni berada di pinggir jalan utama. Sehingga warga Negara asing yang beragama muslim akan dengan cepat dan mudah menemukan lokasi masjid tersebut.
Seperti biasa ketika azan berkumandang jamaah akan berdatangan untuk melaksanaan shalat secara berjamaah, dan biasanya setelah selesai shalat para jamaah akan keluar untuk mencari tempat duduk sambil memesan minuman dingin yang terletak disekitar masjid. Sebagai yang doyan minum chayen (minuman khas Thailand) sayapun menyempatkan diri untuk nongkrong disalah satu penjual didepan masjid. Tak lama kemudian datang seorang yang menghampiri dan duduk bersama saya, iapun memesan seperti yang saya minum. Dengan berbasa basi dia menanyakan asal saya dan sayapun demikian. Dalam diskusi tersebut dia sempat bertanya dengan jamaah yang shalat disini apakah mereka itu syia. Saya sampaikan kalau didaerah ini jamaahnya bukan syiah, tetapi kalau mau menemukan komunitas syiah mereka berada dilokasi lain dan mereka memiliki masjid sendiri, tetapi sekali lagi saya tidak tahu tempatnya, itu hanya informasi dari kawan saya. Wah, ternyata dia tertarik, dan dia berkata saya pemeluk syiah dan tak lama kemudian dia pamit dan memberikan alamat media social miliknya.
Dalam hati ini berkata, nilai-nilai ajaran islam inilah yang perlu diterapkan namun kok sepertinya berbeda dengan yang orang lain lakukan. Yah, itulah pilihan setiap orang untuk menjalankan syariah agamanya. Diberbagai media nasional masih menjadi perdebatan tentang hal ini, tetapi dengan sikap yang diperlihatkan oleh kawan syiah tadi memperlihatkan inilah pilihan beragama yang harus dihormati, yang jelas tiba waktu sholat semua muslim harus taat untuk menjalankannya.
Tetapi, terlihat berbeda dengan pemandangan yang diperlihatakan oleh pemeluk syiah yang lain. Kala itu saya sedang mengantarkan teman di bandara Don Muang, tiba dibandara telah memasuki waktu shalat magrib dan kamipun melaksankan shalat magrib secara berjamaah. Selesai shalat kamipun pindah dan duduk dibagian belakang sambil menunggu teman lainnya untuk berkemas. Sambil duduk kami memperhatikan jamaah lainnya yang mengambil tempat untuk sahalat secara berjamaah, dan anehnya tiba tiba salah satu jamaah tersebut berdering handphone nya, dan iapun mengangkatnya dan berbicara dengan sang penelpon. Imam mereka tetap melanjutkan shalat, dan sambil shalat ia menerima telpon. Belakangan kami tahu mereka Syiah yang berasal dari iran.
Dalam pandangan agama yang saya anut, hal tersebut bukanlah rukun shalat. Seorang jamaah haruslah fokus untuk menyelenggarakan shalat sebagai kewajiban ummat terhadap Tuhannya. Dua hal yang berbeda dengan satu pemeluk yang sama. Tetapi, inilah pilihan seseorang untuk menjalankan syariah agama yang diyakininya. Paksaaan dalam bergama itulah yang dilarang, dan keyakinan seseorang haruslah dihormati sepanjang itu tidak menyimpang dari ajaran agama yang dianutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H