Mohon tunggu...
Ramadhan Sigih Pratama
Ramadhan Sigih Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - lainnya

Lahir di Bogor, 23 Desember 1999.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Destinasi Terakhir

27 Oktober 2023   08:53 Diperbarui: 27 Oktober 2023   09:28 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Piringan hitam berdansa pada malam Natal itu di atas gramofon tua. "I'll find my way through night and day 'cause I know I just can't stay here in heaven", lantunan lirik lagu tears in heaven dari Eric Clapton itu menemani Samil berbaring di sebuah ranjang reot di dalam motel jadul ber-desain retro. Meski ia merasa hangat sebab Natal mendekapnya erat pada malam itu, tapi ia tak juga kunjung dapat terpejam lelap dalam letihnya usai perjalanan. Seperti ada kegaduhan dalam pikirannya yang melantunkan syair-syair tentang beragam hal.

Samil tak bisa tidur malam itu. lantas saja ia melesatkan tubuhnya ke sebuah bar di seberang Gereja tua untuk sekadar mencari rasa ngantuk dan melunturkan pikiran-pikiran di malam Natal yang belum selesai dan semakin hangat saja, rasa-rasanya.

Pikirnya, dengan memesan segelas anggur dan sepotong roti akan menghanyutkan pikirannya barang sekejap. Kemudian ketika ia sedang menghisap makna dalam selinting kretek dan menenggak cinta kasih dalam segelas anggur, seraya ia merasa pikiran itu berguguran jatuh ke atas meja bar. Meski telah dilap oleh seorang bartender, pikiran itu masih saja mengaliri sudut-sudut meja itu hingga menetes jatuh ke lantai-lantai bar.

Hingga kemudian, ada suara derap langkah yang menyapa dengan lembut dan menyapu semua pikiran yang berceceran di atas meja dan lantai itu.

"Selamat malam, semoga Tuhan menyertaimu di malam Natal yang hangat ini.", Sapa perempuan berparas cantik dengan air mukanya yang menyejukkan.

"Terima kasih dan selamat Natal kembali," Jawab Samil sambil mengeluarkan kepulan asap dari mulut dan lubang hidungya.

"Mau rokok?" Sambungnya menyodorkan sebungkus kretek pada perempuan itu.

Perempuan itu lalu menarik satu linting kretek dari bungkus yang sudah lecek. Kemudian  Samil bergegas mengangkat korek dengan api kecil yang membara ke depan bibir perempuan itu. Kemudian mereka berdua berbicara panjang lebar tentang cemara dan senja dalam sebungkus kretek dan sebotol anggur.

"Mau menikmati malam Natal, ya?" Tanyaku memulai percakapan.

"Mungkin." Jawabnya singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun