Mohon tunggu...
R.P Widyarmo
R.P Widyarmo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - S1 Ilmu Ekonomi

Wadah ekspresi dan turahan isi pikiran, ditulis berdasarkan ide liar dari fikiran pribadi dan keresahan sang penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

UMP & 8% Kenaikan Gaji ASN, Sentimen Inflasi Bulanan di Jendela Awal 2024 atau Skema Pertumbuhan Ekonomi?

5 Januari 2024   07:53 Diperbarui: 6 Januari 2024   11:19 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menteri keuangan republik Indonesia Sri Mulyani tampaknya mulai merealisasikan wacana kenaikan gaji ASN dan juga TNI-Polri, Setelah ditemui di Bursa Efek Jakarta sosok yang pernah dinobatkan menjadi menteri terbaik di dunia dan ekonom ternama Indonesia yang saat ini masih menjabat sebagai mentri keuangan Indonesia telah membuat statement jelas mengenai nasib kenaikan gaji ASN. Lewat pertemuan dengan pers tersebut ia mengatakan bahwa kenaikan gaji akan dimulai dari awal 2024 terhitung mulai 1 januari, meskipun dasar hukum dari keputusan ini masih terus dikerjakan dan belum kunjung diterbitkan sampai 5 Januari 2024 ini, nantinya keputusan final melalui Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Presiden (Perpres) akan menjadi angin segar yang tampak menyenangkan bagi ASN.  Lantas bagaimana nasib pelaku bisnis dan pergerakan harga barang barang utama mengenai keputusan ini?

Menyusul naiknya UMP bagi seluruh provinsi yang telah diumumkan menjelang penutupan kuartal IV 2023 dan disusul dengan wacana kenaikan gaji ASN, disantap saat hangat atau menambah tingkat kematangan? 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo langsung mengeluarkan statement di hadapan pres mengenai pengaruh keputusan ini terhadap masa depan inflasi yang dikhawatirkan oleh masyarakat. Ia mengatakan bahwa keputusan tersebut akan memiliki dampak yang minim untuk inflasi, ia menambahkan bahwa keputusan ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli dan meningkatkan konsumsi masyarakat untuk tetap terus mengejar pertumbuhan ekonomi. Tetapi menurut penulis keputusan fiskal seperti ini bukan tidak mungkin digunakan sebagai motif para pelaku bisnis untuk menaikan harganya, mengingat ASN merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian khusus dari masyarakat. Akankah Wage-Price Spiral menjadi paradoks perekonomian dalam hal inflasi kedepan?

Singkatnya mengenai Wage-Price Spiral, ini adalah sebuah kondisi yang menggambarkan bagaimana perilaku rasional dari upah dan harga untuk menyesuaikan diri atau mendapatkan posisinya. 

Penerima upah akan terus menuntuk kenaikan untuk menjangkau harga yang menurut mereka pantas, disatu sisi pelaku bisnis sebagai pembuat harga pada pasar melihat bahwa mereka akan menentukan harga yang pantas untuk mengejar tingkat upah yang meningkat. 

Apakah hal ini akan menjadi sebuah paradoks bersentimen negatif terhadap inflasi?, tentu saja jika melihat kearah realitas setiap hal yang dapat terjadi sangat relevan jika memikirkan skema ini menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya inflasi. Tetapi melihat keputusan otoritas fiskal dan moneter yang saling selaras dalam hal ini, sekiranya sikap yang saat ini penulis ambil hanya percaya terhadap pembuat kebijakan dan terus positive thinking bahwa mereka telah mengkaji dan mempelajari keputusan ini secara matang.

Melihat kondisi yang ada selama tahun 2023, bahwa para Chairman The Fed telah bekerja sangat keras memerangi inflasi yang menyentuh all time high pada tahun 2022, setidaknya all time high dari beberapa dekade terakhir. Menengok kepada hasilnya bahwa pada penutupan kuartal IV 2023 mereka berhasil menyentuh angka inflasi 3.1% dan semakin mendekati target 2% mereka, tidak bisa dipungkiri memang inflasi ekstrem yang menerpa mereka pada berapa tahun belakangan ini merupakan konsekuensi bagi setiap kontribusinya sebagai negara dengan pengaruh kuat dalam beberapa ketegangan geopolitik yang terjadi belakangan ini. 

Chairman The Fed memiliki tugas berat selama beberapa tahun belakangan, indahnya mereka bisa merayakan penutupan tahun 2023 sambil bersulang dan berkata "we've been through this tough fucking year very well, every American know we want it so badly lets forget it for a second and got drunk to celebrate this shit".

Melihat apa yang disajikan reuters bahwa Chairman The Fed sedang memikirkan untuk menurunkan tingkat suku bunga yang sudah terus mereka kerek naik dalam 3 tahun belakangan ini.  

Dengan memperimbangkan rasio pekerjaan yang tersedia dengan angka pengangguran dan inflasi yang sudah hampir mencapai target tetapi dunia bisnis masih terlihat lesu bukan tidak mungkin The Fed akan segera mengerek kebawah tingkat suku bunganya. Sebagai konsekuensi yang disadari dan tersedia pada buku teori ekonomi manapun bukan tidak mungkin bahwa inflasi di US akan kembali meningkat, saya fikir fokus mereka saat ini yaitu pada angka kondisi ekonomi riil dimana mereka ingin mengembalikan rasio pekerjaan dengan pengangguran kepada kondisi sebelum krisis kesehatan, setelah itu saya fikir mereka akan mencapai target inflasi 2% dengan tingkat suku bunga yang sesuai dengan buku pedoman mereka pada kuartal IV tahun 2024. 

Mungkinkah Ibu Sri Mulyani sebagai ekonom pembuat kebijakan fiskal dan Bapak Perry Warjiyo sebagai otoritas bank sentral telah menyadari wacana United States untuk mementingkan kondisi ekonomi riil dalam negeri mereka, sehingga mengambil kebijakan UMP dan ASN saat ini untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang mungkin sedikit meningkatkan inflasi tetapi masih dapat menahan tingkat suku bunga pada angka wajar tanpa perlu membuat The Fed menotice mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun