Mohon tunggu...
RAMADHANI YAMIRZA
RAMADHANI YAMIRZA Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas komputer indonesia

hobi berkuda, trail cross atau trabas, jalan jalan ke pantai atau gunung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seni Jalanan Bertemu Teknologi: Pengamen dan Pembayaran QRIS

29 Oktober 2024   22:46 Diperbarui: 29 Oktober 2024   23:25 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pada zaman perkembangan teknologi dan digital yang semakin cepat, pengamen pun ikut beradaptasi dengan zaman. Kini, tidak hanya mengandalkan koin atau lembaran uang tunai, para pengamen di berbagai kota besar di Indonesia mulai menyediakan opsi pembayaran digital melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).

Banyak orang, terutama generasi muda, yang cenderung jarang membawa uang tunai dan lebih suka bertransaksi secara non-tunai. Menyadari tren ini, para pengamen pun mulai menyediakan opsi pembayaran QRIS agar memudahkan, jika ada yang ingin memberi namun tidak membawa uang.

Termasuk Kang Rizki, Kang Rizki merupakan seorang pengamen di daerah dipatiukur, Kang Rizki juga sudah menyediakan pembayaran melalui QRIS. Ketika saya menanyakan perihal QRIS yang sudah Kang Rizki buat untuk pembayaran.
“ Karena zaman sekarang apalagi anak Gen Z yang saya lihat dan saya rasakan mereka selalu membayar apapun menggunakan QRIS, dan saat saya bekerja orang - orang atau anak - anak zaman sekarang jarang membawa uang, maka dari itu saya mencoba untuk membuat QRIS siapa tau pendapatan saya lebih besar “ ujar Kang Rizki

Jika dilihat dari penjelasan Kang Rizki diatas, dapat dilihat ternyata para pengamen pun terbuka akan perkembangan zaman dengan membuat QRIS tersebut, lalu yang saya tanyakan alasan membuat QRIS ini beliau menjelaskan.
“Karena yang saya rasakan saat bekerja orang - orang atau anak - anak Gen Z ini selalu beralasan tidak memegang uang, maka dari itu saya mencoba untuk mengikuti perkembangan zaman sekarang untuk membuat QRIS”

Kehadiran pembayaran QRIS bagi pengamen juga menunjukkan bahwa mereka terus beradaptasi untuk bertahan di tengah persaingan dengan berbagai hiburan digital lainnya. Mereka menyadari perlunya mengikuti perkembangan zaman agar tetap diminati oleh pendengar atau penonton, namun kenyataannya berbeda.

Walaupun kami sudah menyediakan QRIS yang harusnya memudahkan, tetapi jika pada dasarnya mereka tidak ingin untuk memberi maka inovasi apapun yang kami usahakan tidak akan berbuah hasil.

Dalam pengaplikasian pembayaran QRIS yang harapan awalnya ingin mempermudah jika ada yang ingin memberi, namun kenyataan nya tidak sesuai ekspektasi awal karena menurut Kang Rizki tetap saja banyak orang yang tidak menggunakan QRIS yang sudah disediakan, sehingga yang awalnya berharap mendapatkan penghasilan lebih banyak dari sebelum menggunakan QRIS ternyata tidak sesuai.

Menurut pendapat saya, penggunaan QRIS dalam konteks ini mungkin tidak begitu efektif. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa proses pembayaran melalui QRIS bisa terasa agak rumit bagi sebagian orang. Selain itu, ada juga rasa sungkan yang mungkin muncul ketika seseorang ingin memberikan donasi dengan jumlah yang kecil. Banyak orang mungkin merasa bahwa menggunakan metode digital untuk nominal yang sedikit bisa terasa tidak pantas atau tidak sesuai.

Pengamen zaman sekarang semakin menunjukkan bahwa mereka bukan sekedar penghibur jalanan, tetapi juga bagian dari ekosistem ekonomi digital. Dengan adopsi QRIS, mereka tidak hanya beradaptasi dengan perkembangan zaman, tetapi juga menciptakan cara baru untuk berinteraksi dengan audiens mereka. Langkah ini menandakan perubahan positif dalam industri seni jalanan dan memberikan harapan bagi banyak pengamen untuk meningkatkan kesejahteraan mereka di era digital ini. Di masa depan, kita dapat berharap akan lebih banyak inovasi yang akan membantu pengamen untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam masyarakat, namun pada kenyataanya inovasi yang dilakukan para pengamen dapat dilihat belum terlalu efektif, jika untuk mengikuti perkembangan zaman para pengamen sudah dijalan yang tepat dengan memanfaatkan teknologi seperti QRIS, namun untuk ekonomi nampaknya belum terlalu efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun