Mahasiswa KKN UNNES GIAT 10 Desa Berjo berhasil mengembangkan fungisida alami berupa Trichoderma Powder sebagai salah satu upaya untuk membantu Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Desa Berjo dalam menjaga tanaman mereka dari serangan jamur. Â
Dalam praktiknya, petani di Desa Berjo ini kerap menemui serangan penyakit jamur pada tanaman yang mereka tanam sehingga menurunkan hasil panen. Oleh karena itu, diperlukan produk fungisida yang efektif untuk membasmi jamur. Namun berdasarkan pengamatan dan pendekatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN, banyak petani yang tidak mendapatkan cukup laba dari hasil panen mereka sebab kurangnya akses ke produk fungisida yang ramah lingkungan dan terjangkau.
Pasalnya, bukan tanpa sebab para petani tidak membuat sendiri produk fungisida. Berdasarkan pernyataan dari Pak Ropiq, salah satu anggota GAPOKTAN Desa Berjo, para petani telah beberapa kali membuat produk fungisida sendiri namun hasilnya dirasa kurang bagus. Salah satunya karena hasil akhirnya berbentuk nasi alih-alih serbuk sehingga pengaplikasiannya ke tanaman cukup sulit dilakukan. Karenanya, mereka lebih memilih untuk membeli produk kimia sebab hasilnya lebih pasti. Namun kendalanya adalah harga produk kimia tersebut yang tidak cukup terjangkau.Â
Oleh sebab itu, mahasiswa KKN menginisiasi untuk membantu membuat produk fungsida alami dan terjangkau dari pengembangan jamur Trichoderma sp. Jamur ini merupakan salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida.
Tahap awal dari proyek ini ialah pendekatan kepada para petani sekaligus berdiskusi mengenai permasalahan yang dialami mereka. Dari hasil diskusi tersebut disimpulkan bahwa yang paling dibutuhkan ialah fungisida dan zat perangsang tumbuh yang bersifat non-kimia dan harganya terjangkau.
Setelah mendapat ide pasti, dilakukan pencarian bahan-bahan yang diperlukan. Adapun bahan-bahan yang diperlukan meliputi nasi dan Potato Dextrose Agar (PDA) yang dibuat menjadi biang isolat. Proses dari setiap tahapan masing-masing memerlukan 7 hari masa tunggu dan 1 bulan total keseluruhan proses termasuk diskusi. Adapula proses pembuatan di lab dimulai dari tanggal 10-22 Januari 2025.
"Nasi sama PDA itu buat bikin isolat," ucap Daniel, salah satu mahasiswa KKN yang memimpin program kerja ini.
"Nah baru isolat itu diaplikasiin ke tepung." timpal Bahri, mahasiswa KKN yang juga memimpin program kerja ini.
Pengembangan jamur Trichoderma sp. ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan yang berlokasi di kawasan Taman Hutan Raya KGPAA. Mangkunagoro I di Desa Berjo. Adapula alat-alat yang diperlukan telah tersedia lengkap di laboratorium tersebut.