Negeriku memang aneh. Pilpres 17April2019 telah usai. Semestinya aura panasnya segera reda agar bangsa ini kembali pada rutinitasnya semula.
Penulis akui sebagai pendukung 02 berat rasanya menerima kenyataan Prabowo-Sandiaga tidak unggul pada perhitungan Quick Count dan Real Count KPU yang sudah di angka 70%. Bukan sok bijak hai pembaca bilamana memang Jokowi-Maruf menang ya..sudahlah.. sudah takdir mungkin ya.
Di Fb maupun di medsos lain penulis sejak 17 April 2019 menghindari share ribuan foto dan video berseliwaran di linimasa yang disebut2 bukti kecurangan. Mengapa? Pengen sih ikutan, tapi nampaknya Pilpres ini aneh akut. Hi Hi.
Disebut2 sudah jutaan postingan relawan 02 yang memantau proses pra dan pasca pilpres yang penuh keanehan. Ada ribuan foto C1 salah input di Situng KPU, ada ribuan video dugaan oknum KPPS terlibat pencoblosan, ada ribuan foto video pula yang bernada menuduh penggelembungan suara dan pemusnahan C1, intimidasi pada saksi 02. Tapi apakah itu benar?
Relawan kubu 02 begitu militannya membahas dan memviralkan dugaan2 kecurangan2 itu. Tapi bagaimana dengan relawan dan kubu 01? Ada yang mengamati? Diam dan cenderung membantah bahkan banyak yang memvonis jutaan relawan 02 gila dan stres?
Sampai sekarang penulis belum memahami gejala ini dari segi medis, sosial atau segi2 lain. Penulis yang tak ikutan posting2 dugaan kecurangan pun, ikut pula dituduh gila. Hebat kan?
Penulis coba agak legowo dan posting seandainya Jokowi-Maruf menang terserah prosesnya jujur ataupun curang, eh dituduh pula stres. Padahal penulis kasih saran yang punya bukti kuat kecurangan 01 maka kumpulkan sebanyak2nya dan lawan ke MK!. Pendukung 01 pun masih menuduh penulis tidak legowo. Jadi baiknya gimana ya teman2 pembaca?
Nah ini ada penulis ringkas tema artikel yang senada dengan kerisauan penulis, kenapa kubu 01  dan jutaan pendukungnya diam terhadap gejala masivnya postingan jutaan relawan dan pendukung 02 yang bahkan punya ribuan foto dan video bahkan sampai bisa membuktikan 73.000 salah input situng KPU dari  400.000 tps. Hm..
Tambah aneh lagi, tim TKN termasuk Jokowi-Maruf diam dan tak ikut pusing pada gejala itu? Polisi malahan mengancam proses hukum pada penyebar hoax. KPU kritik keras penyebar foto dan video karena dianggap mendelegitimasi KPU.
Di detik penulis mebuat artikel ini, penulis bingung layaknya Pilsuf yang belum ngopi. Penulis akhirnya ingat bulan lalu dikirim teman artikel. Benar tidaknya penulis kembalikan pada teman pembaca. Penulis coba ambil dan kembangkan. (Sumbernya dari teropongsenayan.com)
-Pilpres 2019 dikritik keras para tokoh politik. Pemilu dinilai kacau balau dan penuh pelanggaran dan kecurangan. Beragam dugaan pelanggaran dan kecurangan terungkap satu per satu di ruang publik, termasuk gugurnya 500 lebih petugas KPPS.