Ada cebong, dia merasa Quick Count (QC) itu angka dari langit. Dengan kemenangan hampir semua versi QC, mereka merayakan dengan seksama dan dalam tempo selama2nya. Mungkin hatinya puas kali, jagoan menang dan besok dapat kartu pengangguran atau nasi bungkus ketika selamatan kemenangan.
Mungkin cebong gak liat Tv kali ya?, TKN yang menyaksikan kemenangan versi QC kok tidak gegap gempita ya? Apa shock karena data di QC sempat tertukar (ditukar) di 2 statiun yang berbeda. Atau tidak haqqul yakin menang? Entahlah mereka yang tahu.
Sambil makan sea food di restoran sambil lihat berita politik, Penulis merasa geli melihat Cebong militan yang baru daftar FB kemaren pada senang luar biasa. Mungkin dia pura2 lupa keadaan ekonominya, atau paket nya baru di isi 200MB sehingga nampak gazpol membuly dan menyerang mental pendukung 02. Apakah berhasil? Saya jawab ya.
1. QC itu ilmiah (kalau jujur prosesnya), Real Count versi Prabowo itu juga sangat faktual (bila Prabowo benar pegang data 60% C1). Maka kita sama2 tunggu saja siapa yang benar, jangan menghakimi satu sama lain.
2. Di medsos ada banyak sekali keanehan proses pemilu, dari kertas suara di banyak tempat dilaporkan telah tercoblos, TPS yang gaib dan hilang kemana, kecurangan di TPS yang terekam kamera, DPT siluman, dll yang sangat kasat mata. Ini mestinya pendukung 01 yang punya pikiran harusnya sedikit punya malu. Contohlah Golkar 30 tahun di jaman Orba, tahu menang dengan kecurangan namun merayakan dengan santai. Tidak seperti anda yang merasa menang bersih lantas jumawa.
Seandainya dugaan2 itu kemudian terbukti di persidangan, maka kalahnya Prabowo 46% versi QC sudah sangat hebat. Mengingat Prabowo sang Capres sedang melawan Presiden di Pilpres (karena tidak mau cuti) juga pengerahan aparat yang diduga nyata terjadi, ratusan Kepala Daerah yang terang2an memihak dan diduga memanfaatkan kekuasaanya, ditambah pula dugaan penegakan hukum juga perlakuan Lembaga Pemilu yang berat sebelah.
3. Para cebong kelas atas yang berpendidikan dimana katanya menjunjung tinggi etika moral dan kepatutan, sepertinya diam seribu bahasa atas kondisi Demokrasi saat ini. Semua mungkin akibat kebenciannya pada Prabowo yang militer atau kelompok 212 yang konservatif, mengakibatkan mata telinga mereka tiba2 tidak berfungsi atau memang sudah tidak mampu menghidupkan kembali insting dan nilai kebenaran keadilan dihatinya yang terancam mati.
4. Pendukung 02 lebih unggul di segmen kelas menengah dan berpendidikan. Artinya adalah dengan nalar dan akal sehat dapat dipastikan dalam urusan memilih pemimpin lebih mengutamakan rekam jejak juga spirit of change. Maka bilamana Jokowi-Maruf menang dan perubahan tidak juga seindah harapan, yang lebih kena dampak kesusahan 5tahun pertama + 5tahun nanti adalah kelas bawah yang semakin menderita dan hanya jadi komoditas politik pencitraan juga politik amplopus nasi bungkus. Semoga tujuan bernegara membuat rakyat makmur dan cerdas tidak dilupakan, agar politisi iblis pembeli suara rakyat mampus nantinya
5. Tidak semua pendukung 02 fanatik Prabowo. Kalau benar versi QC, maka pemilih Gerindra yang 13% itulah pendukung fanatik beliau. Sisanya adalah kaum konservatif yang taat ijtima Ulama karena memilih dengan pendekatan agama, ada juga kader PAN, PKS, DEMOKRAT yang taat pada perintah partai, adalagi seperti saya yang memilih Prabowo karena tiada pilihan lain akibat kecewa pada Jokowi juga orang2 sekelilingnya.
Oleh karena itu silakan anda buly kami, dan kami kasih tau ya.. kami tidak tersakiti. Bagi kami berada di barisan yang benar sudah cukup. Terlepas menang dan kalahnya. Tinggal nanti saya mesti bersabar mendengar keluhan masyarakat bawah yang mungkin akan kecewa kembali. Atau tersadar amplop 5 tahunan tidak sebanding dengan menjalani 365hari×5×2periode. hehe😁