Mohon tunggu...
Ramadhan G.G
Ramadhan G.G Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sederhana tapi rumit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kidung Sinabung dan Airmatanya

20 Januari 2014   04:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kalau matahari belum muncul di atas kepala baraku
sembunyilah di balik ilalang yang bersyair; ia takkan
bosan berputar-putar mengiringi partitur angin
yang melayangkan kertas-kertas para Darwis

barangkali lelaguan Cinta mereka mampu meredam
getaran-getaran halusku; sampai kalian memberi izin
dengan hati itu, aku rela menghentikan detak Jantungku
yang selalu berdegup Rindu dengan caraku yang asing itu

demi takdir yang diukir ujung jarum jam dinding rumahmu;
detiknya adalah cangkir semesta yang menampung air-air itu
tiap kamu mengacuhkannya, aku bergetar seperti snooze dalam
kepalamu; sekalipun saat ia memberi waktu padamu untuk sekedar
minum obat nyeri kepala

beginilah airmataku; tak ada Cinta yang mampu menyihirnya
kecuali atas restu hatimu. Hatimu adalah laut dingin yang teramat
maka siramlah aku dengan Airnya itu; Air yang selama ini
menjadi dawam lidah-lidahmu selama berabad-abad

buatlah aku menangis dengan tangisan syahdumu
sihirlah airmataku menjadi airmata hujan yang dingin
hingga mengetuk satu persatu tulangmu; dingin yang
kemudian menjadi lonceng pengingatmu dengan gigilnya
dan gigil itu akan mengingatkanmu pada-Nya.
---

elmoccava, Jakarta, 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun