Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Melipat Bulan di Ruang Tamu

30 Maret 2018   17:08 Diperbarui: 30 Maret 2018   22:11 3730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu begitu. Kita melipat bulan yang datang mengetuk pintu rumah, masuk ke ruang tamu, duduk di atas sofa.

Ia bagian dari hari-hari yang terpotong-potong menjadi kecil; kita belum sempat memikirkan sampah yang berserakan saat itu, kepala kita membentuk tong sampah.

Mereka anak-anak kecil yang menggambar jalan kita, sebuah cerita, mungkin dongeng kecil yang lucu, mimpi datang dengan kata-kata; tapi mereka liar dan terbata-bata.

Kita sampai pada jejak kaki yang menempel di tembok rumah yang hampir roboh.

Suara kita tertahan di ujung sepatu. Mata kita memutari hari-hari. Lalu mereka berlarian di antara reruntuhan itu. Siapa yang merdeka di antara kita. Bulan kita menggelinding sepanjang jalan raya.

Kita tertidur, sepasang mimpi kasat mata, mungkin diasuh bulan agar hidup di masa depan. Kita berjalan saja dengan kaki-kaki masa lalu. Pulang ke rumah, lalu melipat bulan di ruang tamu. Selalu begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun