Mohon tunggu...
ramadhanfaturahman
ramadhanfaturahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah orang yg senang traveling, karena di luar sana saya mendapatkan pemgetahuan tentang hidup

Selanjutnya

Tutup

Analisis

mahasiswa p2mb upi berinovasi dengan menyelenggarakan demo masak sayur daun katuk dan pudding susu kedelai untuk pencegahan stunting

31 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 31 Desember 2024   00:16 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kopo, Bandung -- Dalam upaya mendukung program pemerintah untuk mencegah stunting, sebuah acara demo masak yang mengangkat menu sehat berbasis daun katuk dan puding susu digelar di Balai Desa Kopo pada Minggu (5/11). Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dalam mencegah stunting, yang diinisiasi oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung bekerja sama dengan komunitas peduli kesehatan, sejumlah mitra lokal dan kelompok P2MB UPI

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan ibu rumah tangga, kader posyandu, dan masyarakat umum yang antusias belajar tentang pentingnya asupan gizi seimbang untuk anak-anak. Dalam demo masak tersebut, para peserta diajarkan cara mengolah bahan makanan lokal yang bergizi dan terjangkau menjadi hidangan sehat untuk keluarga. Salah satu menu yang diperkenalkan adalah sayur bening daun katuk, kaya akan zat besi, protein, dan vitamin A, yang sangat baik untuk menunjang tumbuh kembang anak. Selain itu, puding susu sebagai pencuci mulut juga diperkenalkan sebagai sumber kalsium dan protein yang mudah disukai anak-anak.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Ratna Dewi, mengatakan bahwa stunting masih menjadi tantangan besar di Indonesia, termasuk di Bandung. "Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa mencegah stunting bisa dimulai dari dapur. Dengan pemahaman yang baik tentang gizi, kita dapat memastikan anak-anak kita tumbuh sehat dan optimal," ujarnya.

Selain demo masak, acara ini juga diisi dengan sesi edukasi tentang pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Para peserta mendapatkan penjelasan mengenai kebutuhan gizi anak sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Materi ini disampaikan oleh ahli gizi, Siti Nurhayati, yang juga memberikan tips praktis dalam menyusun menu sehari-hari untuk balita. "Kami ingin menunjukkan bahwa menu sehat tidak harus mahal atau sulit dibuat. Daun katuk, misalnya, mudah ditemukan dan memiliki kandungan gizi yang tinggi," ungkap Siti.

Peserta diberi kesempatan mempraktikkan langsung cara memasak menu-menu tersebut di bawah bimbingan para instruktur. Hasil masakan kemudian dinikmati bersama, menciptakan suasana keakraban dan kebersamaan. Selain itu, peserta juga mendapatkan informasi tambahan tentang pola makan bergizi, kebersihan lingkungan, dan pentingnya pemantauan kesehatan anak secara rutin.

Salah satu peserta, Nurhayati, mengaku senang mengikuti acara ini. "Biasanya saya bingung mau masak apa yang sehat untuk anak-anak. Dengan acara ini, saya jadi tahu menu-menu sederhana tapi bergizi. Semoga anak-anak saya tumbuh sehat dan tidak kekurangan gizi," katanya.

Acara ditutup dengan pembagian buku panduan resep sehat untuk ibu dan anak serta diskusi interaktif seputar pola asuh yang mendukung tumbuh kembang optimal. Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi langkah awal untuk menekan angka stunting di daerah Kopo. Melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, kesadaran akan pentingnya gizi seimbang diharapkan terus meningkat.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, masyarakat Kopo diharapkan semakin memahami pentingnya asupan gizi yang cukup, sehingga kasus stunting dapat diminimalisir dan generasi mendatang dapat tumbuh sehat, cerdas, dan berprestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun