Mohon tunggu...
Ramadhan Alfharizzi
Ramadhan Alfharizzi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Tionghoa, Rokan Hilir (Bagan Siapi-api)

24 Oktober 2024   00:31 Diperbarui: 24 Oktober 2024   01:20 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagan Siapi-API, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Indonesia, terkenal dengan festival unik bernama "Festival Bakar Tongkang." Ini adalah salah satu tradisi adat istiadat yang paling signifikan bagi masyarakat Tionghoa di sana. Festival Bakar Tongkang telah menjadi bagian integral dari kebudayaan Tionghoa di Bagan Siapi-API selama berabad-abad. Meskipun detail sejarahnya mungkin sulit ditelusuri secara pasti, tradisi ini diyakini telah menjadi bagian dari praktik budaya dan keagamaan masyarakat Tionghoa di daerah tersebut. Acara ini pertama kali diadakan kembali setelah tiga tahun vakum karena pandemi COVID-19.

Ritual bakar tongkang sendiri adalah acara budaya yang dilakukan di Riau untuk memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke tanah Bagansiapi-api pada tahun 1820. Proses festival bakar tongkang dimulai dengan upacara sembahyang di Kelenteng Ing Hok King, kelenteng tertua di kawasan Pekong Besar. Setelah itu, replika kapal tongkang yang telah dihias dengan simbol-simbol spiritual dipindahkan dalam arak-arakan menuju tempat pembakaran. Sehari sebelum pembakaran, masyarakat melakukan kirab Sang Thi Kong, sebuah prosesi arak-arakan replika tongkang dari tempat penyimpanan ke halaman Klenteng Ing Hok Kin. Malam hari sebelum pembakaran, masyarakat melakukan prosesi Chia Thi Kong untuk mengundang Dewa Langit sebelum dimulainya acara.

Ritual bakar tongkang memiliki makna yang mendalam dalam konteks budaya Tionghoa di Bagan Siapi-API. Beberapa tujuan dari ritual ini antara lain: Pembersihan atau Pemurnian: Pembakaran tongkang dipandang sebagai cara membersihkan lingkungan fisik maupun spiritual dari energi negatif atau roh jahat,Peringatan atau Penghormatan: Acara ini juga merupakan upacara peringatan terhadap leluhur, nenek moyang, atau tokoh-tokoh penting dalam sejarah atau mitologi Tionghoa,Permintaan Restu atau Perlindungan: Masyarakat percaya bahwa pembakaran tongkang dapat membawa restu dan perlindungan dari dewa-dewa laut, yang kemudian akan membawa keberuntungan dan keberkahan bagi mereka,Simbol Kebanggaan atau Identitas Budaya: Menjaga tradisi pembakaran tongkang juga menjadi simbol kebanggaan atau identitas budaya bagi masyarakat Tionghoa di Bagansiapi-api, yang menguatkan ikatan sosial dan budaya diantara mereka.

Festival Bakar Tongkang tidak hanya menjadi simbol identitas budaya tetapi juga memberikan dampak positif pada perekonomian setempat. Ribuan orang datang berpartisipasi dalam festival tersebut, termasuk pengunjung dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, hingga China Daratan Selain itu, festival ini telah melekat kuat dalam kehidupan komunitas lokal sehingga menjadikan Bagansiapi-api sebagai destinasi wisata unggulan provinsi Riau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun