Puisiku
yang dulu ku berikan,
luruh tergeletak
di kolong meja kamarmu.
Lesu tak kau sentuh,
bisu
tiada binar matamu menyapa.
Sajak cintaku
mungkin juga terkujur kaku,
terantuk selembar dingin dalam semerbak kembang haru ranjang kelambu sendu.
Hasratku selalu tergoda
akan suara-suara musikmu,
membelenggu nafas-nafas kerinduanku mempertautkan mimpiku pada busur Srikandi ayu.
Namun aku bukanlah jiwa
yang takluk padamu,meski
sajak dan pusiku beku
oleh keacuhanmu.
Akulah ruh yang tersembunyi dalam ketenangan anggur,
hikmatnya tirani dari nurani Arjuna.
Adakah kau tahu sepotong bulan yang tersipu menjadi purnama memadu?
Karna aku...
bukanlah sosok wayang sebagaimana lakon pikirmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H