Pertama dunia telah terjadi di Food Estate Kalimantan. Program yang diharapkan dapat menjadi lumbung pangan untuk Indonesia, telah terjadi sesuatu pertama di dunia. Bahkan Amerika, Eropa, China dan negara-negara maju lainnya belum mampu melakukan program yang dikomandoi Prabowo Subianto tersebut. Bagaimana tidak mencengangkan di Food Estate, tanam singkong, luar biasanya, yang tumbuh malah Jagung.
Kita tidak tahu kemana tanaman Singkongnya, yang muncul hanya, Jagung yang tumbuh mekar di dalam polyback.
Kita juga tidak tahu, program yang telah menelan biaya triliunan rupiah itu berhasil atau gagal. Tetapi yang kita tahu, proyek tersebut telah merusak lingkungan ratusan ribu hektare hutan. Mungkin hewan-hewan yang biasa hidup di hutan-hutan, tapi kini harus menyingkir ke daerah lain akibat program Food Estate.
Kita tidak perduli apakah Food Estate tersebut gagal atau berhasil, apabila dilihat untuk jangka panjang. Kita juga tidak perduli omongan banyak politikus yang menjadikan Food Estate menjadi bahan perdebatan untuk menaikkan elektabilitas. Tetapi yang kita perdulikan apakah Food Estate tersebut mampu menyokong kebutuhan pangan untuk Indonesia dan apakah Food Estate tersebut, mampu membuat hewan-hewan merasa hidup di habitatnya. Selain itu, apakah pepohonan yang hidup di dalamnya, tetap mampu menjadi paru-paru dunia. Kalau tidak bisa, kita bisa memvonis, kalau Food Estate itu gagal.
