Mohon tunggu...
Rama Desmawan
Rama Desmawan Mohon Tunggu... -

I'm just ordinary human

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kita Harus Realistis dengan Kualitas Pemain Indonesia

26 November 2014   22:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:46 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Judul saya mungkin akan membuat pembaca sekalian tergilitik. Sebagai penikmat bola, saya harus jujur katakan bahwa kualitas pemain Indonesia (rata-rata) sangat jauh dari standar internasional yang ada. Saya tidak ingin membandingkan, tetapi kekalahan Indonesia atas Filipina mungkin akan menjadi kekalahan yang cukup menyakitkan karena selama ini kita tidak pernah kalah melawan timnas yang bahkan sepakbola bukan olahraga populer di sana.

Mengulas pertandingan yang lalu dengan kekalahan 4-0 sudah terlihat jelas kualitas Indonesia. Pemain Filifina begitu dominan di lini tengah dengan mengandalkan umpan pendek dan lambung yang akurat. Tentu saja Timnas kita di lini tengah dibuat tak berdaya oleh Filipina. Selain lini tengah, miskordinasi di lini belakang membuat Indonesia bobol 4 gol. Saya melihat M. Roby tak mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Bahkan dia mudah dilewati begitu saja. Hal tersebut diperparah oleh pemain kita yang dikeluarkan dilapangan. Sungguh sangat ironis.

Selama ini fungsi liga dan fungsi PSSI belum berjalan maksimal. Saya tidak mengerti, apa standar pemain profesional di Indonesi. Lihat saja timnas kita, umpan saja masih salah. Bola saja gampang direbut. Saya harus jujur saja katakan timnas Indonesia pemainnya amatir. Hal ini saya membuat pengecualian untuk Evan Dimas, dan Zulham Malik yang bermain bagus. Ya kalau standar fisik pemain timnas seperti Evan Dimas. Timnas kita mungkin akan jarang melakukan kesalahan elementer tersebut. Selain masalah fisik dan teknik. Indonesia memiliki masalah klasik lainnya yaitu mental. Mental bermain timnas kemarin saat melawan Filipina seperti mental tim semenjana melawan tim besar. Timnas terlalu gampang gugup, bahkan diperburuk dengan ketertinggalan.

Saya tidak ingin menyalahkan Riedl atas pencapaian ini. Jujur saja kita harus realistis dengan Timnas kita. Satu hal yang kritik kepada Reidl, Indonesia harusnya memainkan sayap dan mengandalkan umpans pendek. Sebagian besar pemain timnas lemah terhadap passing jauh. Sekali lagi semuanya harus realistis dengan kualitas pemain Indonesia.

Saya menyarankan untuk setiap klub di Indonesia mewajibkan membentuk akademi yang sudah terkoneksi dengan kompetisi. Metode di akademis harusnya mengutamakan kemampuan dasar sepak bola yaitu passing, shooting, sprint dan lain-lain. Saya bosan melihat Timnas kita bermain seperti tim amatir divisi 6 di Inggris.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun