Judul artikel yang saya buat cukup kejam memang. Jujur saja harus saya kata kan sekarang, Indonesia tidak akan pernah bermain di piala dunia. Kenapa? salama orang yang duduk di PSSI masih berorientasi materi bukan prestasi, Indonesia tidak akan pernah berprestasi. Kalau banyak kawan-kawan yang menyerukan revolusi PSSI atau bekukan PSSI atau semacamnya, saya harus katakan itu percuma. Revolusi memiliki niat yang bagus yaitu membawa perubahan untuk kemajuan bersama. Akan tetapi, selama perubahan itu belum menyentuh aspek yang paling mendasar dalam hal ini sepak bola, Indonesia tidak akan pernah berprestasi di kancah regional (seperti piala AFF) maupun Internasional.
Mengelola sepak bola di negeri ini sebenarnya gampang. Untuk menemukan pemain yang berkualitas kita memiliki jumlah penduduk terbanyak ke 4 di dunia. Untuk memajukan industri sepak bola kita memiliki supporter yang sangat banyak dan menjadi aset sebuah klub. Tetapi masalahnya, niat yang diatas (dalam hal ini PSSI) tidak memiliki niat yang serius dalam memajukan prestasi sepakbola Indonesia.
Saya masih ingat ketika Nurdin Halid masih menjadi ketua umum PSSI semua menghujat dia karena faktor prestasi hal tersebut diperparah ketika dia kembali mencalonkan sebagai ketua PSSI semua masyarakat seakan geram dengan sosoknya sehingga terjadi duelisme di tubuh PSSI dan hal yang paling memalukan ketikda adanya dualisme kompetensi. Perlu waktu yang cukup lama untuk menghentikan konflik tersebut hingga FIFA turun tangan. Ketika kepemimpinan PSSI dan menejemen diganti. Apakah kita kembali berprestasi?
Saya harus akui Timnas U-19 menjadi prestasi awal Indonesia namun itu bukan berasal dari PSSI, melainkan dari Indra Sajfri. Kalau saya dia tidak "blusukan" mencari pemain berkualitas mungkin Timnas U-19 tidak akan menjadi juara AFF cup 2 tahun lalu. Setelah prestasi tersebut PSSI mulai mengkomersiliasi Timnas U-19. Memang hal tersebut beralasan mengingat dana PSSI terbatas dan sebagian besar dana Timnas bukan berasal dari pemerintah. Akan tetapi, komersiliasi berlebihan akan menjadi senjata makan tuan. Itu terbukti dari Timnas U-19 tidak mampu bicara banyak dalam komptensi piala asia U-20. Kembali pelatih menjadi sasaran cuci tangan mereka. Indra Sajfri pun didepak. Menurut saya Indra Sajfri telah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Mungkin inilah dampak dari komersialiasi yang dilakukan PSSI.
Setelah kekecewan masyarakat terhadap timnas U-19 kini Timnas senior kembali menelan kekecewaan yang lebih dahsyat. Dahsyatnya Indonesia tidak mampu menjuarai AFF cup bahkan tidak lolos Fase grup. Lebih membuat saya sakit hati (mungkin masyarakat semua) kita kalah dari Filipina dengan skor telak. Ini hal yang cukup memalukan bagi Indonesia karena Indonesia tidak pernah kalah dari Filipina. Namun  sekali lagi PSSI memberikan kata saktinya yaitu "maaf". Maaf tidak akan menyelesaikan masalah. Untuk apa PSSI meminta maaf kalau tidak mau bebernah. Apakah PSSI yang sekarang tidak pernah belajar sedikitpun dari Nurdin Halid yang akhirnya dikalahkan oleh katanya Penyelamat Sepakbola Indonesia?? Sepertinya kita harus menyambut Penyelamat kedua , ketiga , keempat kalau PSSI tidak bisa mengurus sepak bola.
Indonesia memiliki potensi yang besar kelak bisa menghasilkan pemain bahkan Timnas yang sangat berkualitas. Jumlah penduduk Indonesia cukup banyak, bahkan lebih banyak dari Jerman, Belanda bahkan Spanyol. Kenapa mereka berprestasi? karena mereka dengan jumlah penduduk sedikit mampu sistem pembinaan dan menejerial yang baik. Kenapa Indonesia tidak? Kalau dikatakan masalah Infastruktur itu rasanya hal yang tidak masuk akal. Negara-negara di Afrika dengan infrastruktur seadanya mampu melangkah ke piala dunia dan memiliki pemain yang berkualitas. Kalau dikatakan pembinaan memang negara kita belum apa-apanya. Bandingkan dengan Jepang, mereka dulu 15 tahun yang lalu bukan apa-apa. Namun kini pemain mereka benar-benar berkualitas bahkan bermain di eropa. Dari segi kompetensi, jujur negara kita memiliki komptisi yang "katanya" Profesional. Profesional dalam menunggak gaji, profesional dalam beli pemain tapi tidak pernah menghasilkan pemain binaan, profesional dalam mengatur skor. Ya, itu adalah "keprofesionalan" klub yang ada di Indonesia. Kita harusnya berbangga (Hahahahahhaaha).
Mudah mengurus sepak bola di negeri ini. Namun akan sulit akan sulit kalau PSSI tidak pernah belajar. Ya impian masuk Piala Dunia hanya akan menjadi drama dalam mimpi. Sepertinya rakyat indonesia kini lebih suka bermimpi dari pada melihat sepak bola negeri ini. Itu hanya mimpi.. hanya mimpi.. zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzztttttttttttttttttttttttttzzzzzzzzzZTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTZZZZZZZZZZZZZZZttttttttttt
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H