Mohon tunggu...
Safitri Ramadani
Safitri Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Garuda 26, Ksatria 1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemacetan Mudik Lebaran yang Tak Kunjung Teratasi

22 Mei 2024   17:32 Diperbarui: 22 Mei 2024   17:48 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mudik sudah menjadi suatu fenomena sosial di kehidupan masyarakat muslim Indonesia di setiap penghujung puasa ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Mudik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mobilisasi seseorang atau kelompok ke daerah atau halaman tempat mereka dilahirkan. Selain itu, mudik juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan saling memaafkan dengan orang tua, keluarga, dan teman sebelum datangnya hari kemenangan. Kembali ke kampung halaman juga merupakan sebuah ungkapan kerinduan terhadap keluarga dan kondisi suasana masa kecil yang pernah dinikmati dahulu semasa kecil.

Tradisi mudik lebaran yang terjadi di Indonesia tidak dapat terhindar dari suatu masalah yakni kemacetan. Kemacetan menurut Sugiyanto (dalam Lubis, 2016) adalah situasi atau keadaan tersendat atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan banyaknya jumah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan adalah kondisi yang sangat tidak disukai bagi para pengguna jalan karena menyebabkan kelelahan, pemborosan bahan bakar, waktu dan meningkatkan polusi udara sehingga menurunkan kenyamanan saat berkendara. Oleh karena itu, para pemudik lebaran harus mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan selama di perjalanan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Tingginya keinginana masyarakat untuk ingin kembali ke kampung halaman menyebabkan masalah kemacetan yang selalu terjadi di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pergerakan kendaraan dalam arus mudik dan balik lebaran 2023 mencapai 26.3 juta pergerakan, baik itu melalui darat, laut, dan udara. Kepala BPS Margo Yuwono (dalam Rachman, 2023) menjelaskan bahwa arus pergerakan kendaraan selama musim mudik Lebaran 2023 tersebut naik 45% dibandingkan 2022.

Peningkatan pergerakan kendaraan dalam arus mudik dan balik lebaran menyebabkan permintaan terhadap sejumlah komoditas barang, jasa, dan transportasi akan meningkat selama periode lebaran 2023. Menurut Margo (dalam Rachman, 2023) menjelaskan bahwa kendaraan yang mendominasi saat arus mudik dan balik lebaran  2023 didominasi oleh angkutan pribadi, melalui jalan tol arteri. Adapun minat masyarakat terhadap pemilihan penggunaan angkutan untuk mudik Lebaran terbanyak adalah kereta api sebesar 20,3 persen (39,32 juta), bus 19,4 persen (37,51 juta), mobil pribadi 18,3 persen (35,42 juta), dan sepeda motor sebesar 16,07 persen (31,12 juta).

BPS mencatat, pergerakan mobil angkutan yang melewati tol dan arteri pada 2023 mencapai 9,97 juta pergerakan, naik 175,56% dibandingkan dengan periode arus mudik dan balik Lebaran 2022 yang hanya mencapai 3,59 juta pergerakan. Pergerakan arus mudik via udara pada musim Lebaran 2023 mencapai 4,45 juta pergerakan atau naik 26,93% dibandingkan arus mudik tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,48 juta. Sementara itu, pergerakan arus mudik via laut mencapai 1,43 juta pergerakan atau naik 3,21% dibandingkan dengan arus mudik Lebaran 2022 yang mencapai 1,36 juta. Kemudian, arus mudik melalui kereta api saat musim Lebaran 2023 mencapai 2,89 juta atau naik 29,07% dibandingkan periode Lebaran 2022 yang mencapai 2,21 juta pergerakan.

Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik, Kementerian Komunikasi, dan Informatika serta melibatkan para pakar dan akademikus di bidang transportasi beberapa bulan menjelang puncak arus mudik telah mengadakan survei potensi pergerakan masyarakat selama Lebaran 2024. Berdasarkan hasil survei tersebut, pergerakan masyarakat secara nasional berpotensi mencapai 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 193,6 juta orang. Angka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.

Menurut hasil survei tersebut, daerah asal perjalanan terbanyak, yaitu Jawa Timur sebesar 16,2 persen (31,3 juta orang), disusul Jabodetabek sebesar 14,7 persen (28,43 juta orang), dan Jawa Tengah sebesar 13,5 persen (26,11 juta orang). Sementara itu, untuk daerah tujuan terbanyak, yaitu Jawa Tengah sebesar 31,8 persen (61,6 juta orang), Jawa Timur sebesar 19,4 persen (37,6 juta orang), dan Jawa Barat sebesar 16,6 persen (32,1 juta orang). Untuk tujuan utamanya, pemudik paling banyak pergi ke Jawa Tengah, yakni 61,6 juta orang. Sebanyak 37,6 juta orang bakal mudik ke Jawa Timur. Sedangkan, pemudik yang akan pergi ke Jawa Barat diproyeksi sebanyak 32,1 juta orang.

Kondisi demikian disebabkan oleh beberapa faktor yan sangat kompleks. Pertumbuhan penduduk masyarakat Indonesia mendorong tingginya permintaan moda transportasi pribadi. Akan tetapi, kondisi ini tidak didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana untuk menampung mobilitas masyarakat dalam fenomena mudik lebaran. Integrasi antara berbagai moda transportasi publik dan konektivitas yang menuju pusat-pusat permukiman. Masyarakat juga merasa sulit untuk mengakses transportasi publik sehingga mendorong masyarakat lebih memlih untuk menggunakan moda transportasi pribadi. Kondisi demikian akan menambah jumlah volume lalu lintas.

Manajemen lalu lintas yang kurang efisien dalam pengaturan arus kendaraan memperparah kemacetan yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, kurangnya petugas polisi lalu lintas, kurangnya rambu-rambu lalu lintas yang memadai, dan sistem lalu lintas yang tidak disesuaikan dengan volume kendaraan. Selanjutnya kondisi jalan-jalan yang buruk juga memerlambat lalu lintas. Belum lagi di beberapa titik yang dijadikan tempa beraktivitas seperti pasar membuat ramai jalan sehingga kemacetan tidak dapat dihindari.

Selain infrastruktur yang belum memadai, masalah urbanisasi dapat menjadi salah satu pemicu kemacetan yang tak terelakkan ketika musim mudik .Tingginya minat masyarakat melakukan perjalanan mudik maupun liburan tentunya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain, nyaris tidak adanya COVID-19, ekonomi keluarga membaik, cuti bersama, liburan anak sekolah, serta kondisi cuaca. Kenyataan ini bukan hanya menjadi fokus pemerintah pusat melainkan seluruh pihak yang diharusan berkontirbusi untuk mengurangi kepadatan di setiap mudik lebaran.

Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan pada masa mudik lebaran. Pemerinta memberikan imbauan untuk melakukan mudik lebih awal untuk menghindari puncak arus mudik lebaran. Selain itu, masyarakat juga bisa memanfaatkan mudik gratis menggunakan bus yang disediakan oleh sejumlah BUMN maupun kementerian/lembaga yang juga merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi penggunaan kendaraan pribadi seperti sepeda motor yang dinilai rawan kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun