Mohon tunggu...
Rama Charis
Rama Charis Mohon Tunggu... -

Something that i want to write, MLG-EAST JAVA.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Provokasi dan Balas Dendam Pendukung Sepak Bola

29 September 2018   16:12 Diperbarui: 30 September 2018   09:21 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Citra pendukung sepak bola di hadapan masyarakat umum sudah begitu buruk adanya, apa yang ada dipikiran mereka tentang agenda pendukung sepakbola adalah bentrok atupun pengeroyokan. Jika masyarakat menganggap bahwa pendukung sepakbola adalah kelompok yang fanatik dan gila seharusnya kita haus akan pengakuan baik, karena kita sudah di cap buruk. 

Terjadinya bentrok ataupun pengeroyokan pendukung bola bukan tanpa sebab, selain tentunya rivalitas yang sebelumnya sudah terjadi ada hal lain yang bisa kita temui di setiap kejadian itu, seperti provokasi dan dendam.

Berbagai macam tindakan provokatif mulai hal kecil sampai besar yang  resikonya sama-sama menyulut amuk massa. Misalnya:

  • Ketika panitia pelaksana laga tandang melarang pendukung dari tim tandang untuk datang karena berbagai alasan keamanan sebaiknya kalian tidak perlu memberanikan diri untuk datang kesana, karena selain kalian tidak diundang kalian hanya akan dianggap maling yang masuk rumah orang tanpa ijin dan itu tidak sopan.
  • Jangan unggah hal yang memicu provokasi di media sosial, kalian hanya haus pengakuan dan itu sama sekali bukan tolak ukur bahwa kalian adalah orang yang paling mencintai tim itu. Perlu diingat bahwa satu-satunya yang bisa menjamin keselamatan diri kalian adalah kalian sendiri.
  • Yel-yel atau chants kebencian di dalam stadion sebaiknya dihilangkan dan lebih fokus untuk menyemangati tim kalian, setuju atau tidak chants kebencian secara tidak langsung menular kepada generasi selanjutnya yang notabene mereka tidak tau apa-apa tentang akar permasalahan yang dihadapi senior nya. Karena mereka yang sejatinya memegang tongkat estafet kecintaan terhadap sepakbola, sangat di sayangkan jika mereka harus terbebani oleh kebencian yang sebenarnya mereka tidak ketahui penyebabnya.

Fanatisme dalam sepakbola sering terjebak dalam ilusi identitas dimana mereka tidak pernah bisa setuju dengan apa yang sebenarnya di yakini oleh dirinya sendiri, mereka lebih meyakini apa yang sudah ada di lingkungan mereka. 

Menumbuhkan fanatisme jika bukan pada tempatnya berakibat berbagai hal yang sangat buruk, berawal dari tindakan provokatif yang berujung pada kerusuhan massa dan sering berakibat cacat fisik ataupun mental hingga kematian yang berkelanjutan. Apapun alasannya balas dendam bukanlah ajaran yang harus dilakukan oleh pendukung sepakbola atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pendahulu mereka. 

Jika kalian memilih jalur balas dendam secara tidak langsung kalian mengamini teman di sekitar kalian menjadi korban balas dendam rival kalian selanjutnya, karena balas dendam tidak pernah menemukan titik akhir.

Ada hal yang lebih penting dari sekedar menjaga kepentingan harga diri (tim sepakbola), yaitu kemanusiaan.

Malang, 29 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun