Mohon tunggu...
Rama Yunita Pratama
Rama Yunita Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan

hidup butuh perjuangan, ayo berjuang bersama!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Literasi Digital sebagai Aktor dalam Dunia Perkulihan: Perspektif Kritis Praktik Belajar Masa Pandemi

29 April 2022   09:21 Diperbarui: 10 Mei 2022   15:44 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada abad ini dunia sedang di gemparkan dengan sebuah wabah Corona Virus Diasease-19  atau Covid-19. Wabah ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru-baru ini ditemukan. 

WHO atau Badan Kesehatan Dunia melakukan penyelidikan selama berbulan-bulan dan menemukan titik terang bahwa wabah ini berasal dari perternakan satwa liar di Cina yang menjadi sumber pandemi Covid-19. 

Senada dengan itu salah satu ahli ekologi penyakit di tim WHO yang melakukan investigasi ke Cina di sekitar Provinsi Yunna yang berada di Cina Selatan terdapat pertenakan liar yang kemungkinan besar memasokkan hewan ke pedangan di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Whuhan, tempat pertama Covid-19 ditemukan dan bisa saja hewan liar yang dipasokan tertular SARS- CoV-2 dari kalelawar.

Terlepas dari itu semua banyaknya dampak yang dihasilkan dari wabah Corona Virus Diasease-19 ini. Bukan hanya terbatas pada persoalan medis, dunia dan segenap masyarakatnya harus menelan pil pahit bulat-bulat, lantaran wabah Corona Virus Diasease-19 berpengaruh terhadap seluruh dimensi kehidupan masyarakat. 

Bagi kita para mahasiswa, wabah Corona Virus Diasease-19 juga berdampak secara langsung terhadap segi-segi kehidupan kita terutama yang menjadi sistem perkuliahan yang sedang kita jalani yaitu perkuliahan online.

Perkuliahan online bukanlah sebuah sistem baru dalam dunia pendidikan, melainkan suatu sistem yang ada dengan beriringnya perkembangan dunia teknologi. 

Dunia boleh saja berbicara bahwa semua kini kehidupan telah diwarnai dan harus beradaptadi dengan teknologi. Akan tetapi, fakta di lapangan berbicara lain. 

Salah satunya adalah sistem pendidikan yang dianjurkan dan diharapkan dengan media digital serta literasi digital yang masih sangat minimalis di Indonesia. 

Dekade beberapa tahun terakhir sebagai bukti nyata bahwa perkembangan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi ( TIK) di semua sektor pendidikan telah berkembangan dengan pesat.

Perubahan  teknologi dengan struktural yang telah mempengaruhi pendidikan di Universitas memiliki dampak yang terlihat dari seberang spektrum digitalisasi dari mengelolah informasi dan menyampaikan informasi. 

Misalnya digitalisasi pendidikan yang paling mendasar yaitu e-laerning, sistem administrasi online. Lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa dalam literasi digital apakah menjadi aktor : presektif kritis belajar masa pandemi?

Wabah penyakit memang sesuatu yang menakutkan. Selain karena wabah itu sendiri mematikan, permasalahan lain yang timbul adalah kecemasan berlebihan dari orang-orang yang menghadapi wabah tersebut. 

Kalau kata Albert Camus seorang filsufut ekssistensialisasi dan novelis dari Aljazair mengemukakan wabah dapat menjadi momentum manusia untuk mamasuki sebuah ruang kosong bermakna absurditas, dimana ketidakjelasan masa depan merupakan hakikatt hidup manusia. 

Absurditas tidak melulu bernilai negatif. Absurditas bisa jadi hadir sebagai sesuatu yang bernilai positif karena rasa cemas itulah manusia dapat mempertanyakan identitas dirinya dan menyadari bahwa dirinya ada bermasa yang lain, bukan subjek tunggal yang superior dan bisa bertindak semaunya.

Begitu juga mahasiswa sebagai salah satu manusia yang mencari identitas diri, di masa pandemi Covid-19 ini tidak menyurutkan semangat mahasiswa dalam belajar apalagi mahasiswa sudah dibekali dengan literasi digital. 

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menenumkan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memaafkan secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari - hari. 

Selain itu literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi ( TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.

Dalam hal ini literasi digital cenderung pada hal yang terkait dengan keterampilan teknik dan berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam dunia lingkungan digital. Literasi digital sendiri merupakan respon terhadap perkembangan teknologi dalam menggunakan media untuk mendukung mahasiswa memiliki kemampuan membaca serta meningkatkan keinginan masyarakat untuk membaca.

Pada saat ini literasi digital menjadi kebutuhan primer apalagi tengah pandemi Covid-19 ini bagi semua kalangan tidak terkecuali mahasiswa, hal ini disebabkan oleh semakin maju dan berkembangnnya ilmu pengetahuan teknologi dan informasi. 

Literasi Digital sendiri pertama kali dikenalkan oleh Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul " Digital Literacy" (1997). Paul Gilster mengemukakan bahwa literasi digital sebagai kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan efesien berbagai konteks, seperti akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu saya menarik benang merah bawah literasi berkaitan dengan mahasiswa terhadap dunia perkulihan. Dunia perkulihan merupakan aspek kehidupan yang sangat membutuhkan literasi digital atau kemampuan dalam hal menguasai pemanfaatan dan penggunaan teknologi. 

Kebutuhan akan literasi digital dilatar belakangi oleh banyaknya kegiatan-kegiatan perkulihan yang melibatkan perangkat-perangkat teknologi digital.

Selain itu, tuntunan dan perkambangan zaman membuat kebutuhan-kebutuhan akan di literasi digtal harus dipenuhi apalagi pada saat ini negeri kita sedang mengalami pandemi covid-19. Mau tidak mau harus bisa menguasai pemanfaatan dan penggunaan teknologi  apabila tidak bisa menguasai akan disebut ketinggalan zaman. Jadi tidaklah berlebihan jika literasi digital dianggap sebagai kebutuhan primer atau kebutuhan pokok dalam perkulihan saat ini.

Mahasiswa yang menjadi peran utama dalam perkuliahan tentunya harus peka dan sadar dengan hal ini dan faktanya dilapangan rata-rata mahasiswa generasi sekarang atau yang disebut generasi milenial sudah melek teknologi dan sebagai besar sudah akrab dengan teknologi. Jadi sangatlah masuk akal bila dalam perkulihan, literasi digital berperan menjadi penyeimbang kemampuan-kemampuan lainnya guna menghadapi tantangan zaman yang semakin maju. 

Selain ini tanpa kita sadari tanpa adanya literasi digital perangkat-perangkat teknologi yang digunakan dalam aktivitas perkulihan tidak akan berguna dan tidak akan membantu jalannya perkuliahan.

Dalam bidang akademik, peran literasi digital juga sangat dirasakan, sebagai contoh konkretnya adalah mencari referensi tambahan materi perkuliahan di media digital, misalnya saya sendiri dapat mengakses dan mencari materi tambahan dimedia digital.

Literasi digital hadir sebagai penunjang agar media digital dapat dimanfaatkan dan menjadi sumber referensi tambahan untuk menjadi sumber referensi belajar atau mencari sumber untuk mengikuti perlombaan dan beasiswa yang diadakan dioleh pihak terkait.

Pada sebuah artikel kompasiana.com yang berjudul " Literasi Media Digital Pada Era Modernn" menyatakan bahwa salah satu keuntungan literasi digital kita dapat menghemat waktu, yang dulunya mengerjakan tugas hanya lewat offline, sekarang semuanya bisa dijangkau dengan menggunakan sistem online. 

Hal ini tentu saja menjadi keuntungan tersendiri bagi mahasiswa terutama saat pandemi Covid-19 saat sekarang. Selain itu juga pada saat ini memudahkan mahasiswa untuk menghubungi dosen dengan media digital.

Perkulihan online di tengah pandemi Covid-19 sering dikatakan sebagai kurikulum darurat. Kurikulum ini bisa dikatakan sebagai babak baru dalam sistem pendidikan di Indonesia. 

Ketersediaan literasi digital memiliki dampak positif bagi mahasiswa untuk membantu tugas-tugas perkulihan dan  memudahkan mencari sumber referensi yang beragam namun jika digunakan secara tepat. 

Apabila digunakan dengan berlebihan akan menimbulkan sifat yang ketergantungan yang menjadikan mahasiswa bermental instan dan tidak kreatif. Kemudahan dalam mencari dan mendapatkan informasi membuat mereka cenderung menjadi pemalas dan memiliki daya juang yang rendah.

Jadi gunakanlah literasi digital secara tepat dan cermat. Mahasiswa sebagai generasi yang paling dekat dengan teknologi harus mampu memanfaatkan literasi digital dengan bijak agar terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh literasi digital tersebut. 

Kemajuan dan perkembangan teknologi sekarang memang memberikan banyak kemudahan bagi mahasiswa ketika mengakses informasi dari internet, akan tetapi sikap selektif ketika mendapatkan informasi sangatlah diperlukan, terutama informasi-informasi yang berkaitan dengan materi perkulihan. 

Informasi yang dipakai dijadikan rujukan dalam tugas kuliah haruslah informasi yang balid dan benar-benar teruji validitasnya dan sebagai mahasiswa harus mampu mengiptimalkan peranan-peranan literasi digital yang telah memberikan kemudahan dalam perkulihan agar literasi digital mampu memberikan kontribuksi yang postifi bagi perkulihan terutama di masa pandemi Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun