Mohon tunggu...
rama
rama Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya adalah bermain musik dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Pentingnya Etika Komunikasi Dalam Pengelolaan Media Sosial Oleh Institusi Publik

1 Januari 2025   20:23 Diperbarui: 1 Januari 2025   20:23 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://uai.ac.id/en/kasus-twitter-kai-commuter-bukti-pentingnya-etika-pr/?

Salah satu kasus yang menonjol terkait etika komunikasi di media sosial adalah insiden yang melibatkan akun Twitter resmi KAI Commuter Line pada Juni 2021. Dalam kasus ini, akun tersebut memberikan respons yang tidak pantas terhadap laporan pelecehan seksual dari seorang pengguna. Alih-alih menanggapi dengan empati dan serius, akun tersebut membalas dengan nada yang dianggap meremehkan, yang kemudian memicu kritik luas dari publik.

Analisis Kasus:

Latar Belakang:
-Seorang pengguna Twitter melaporkan insiden pelecehan seksual yang dialaminya di kereta komuter melalui cuitan yang ditujukan kepada akun resmi KAI Commuter Line.
-Akun resmi tersebut membalas dengan respons yang dianggap tidak sensitif dan tidak profesional, sehingga menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat.

Pelanggaran Etika Komunikasi:
-Kurangnya Empati: Respons yang diberikan menunjukkan kurangnya empati terhadap korban, yang seharusnya menjadi prioritas dalam menangani laporan semacam ini.
-Ketidaksesuaian Nada Komunikasi: Penggunaan bahasa dan nada yang tidak tepat dalam situasi serius seperti laporan pelecehan seksual mencerminkan pelanggaran etika komunikasi.
-Respons Publik: Banyak pengguna media sosial mengkritik respons tersebut, menilai bahwa KAI Commuter Line tidak memiliki prosedur komunikasi yang baik dalam menangani isu sensitif.

Dampak:
-Kehilangan Kepercayaan Publik: Insiden ini menyebabkan penurunan kepercayaan publik terhadap KAI Commuter Line dalam menangani masalah keselamatan penumpang.
-Citra Perusahaan Tercoreng: Reputasi perusahaan tercemar akibat penanganan komunikasi yang buruk, yang dapat berdampak pada loyalitas pelanggan.

Tindakan Perbaikan:
-Permintaan Maaf: KAI Commuter Line kemudian mengeluarkan permintaan maaf resmi atas respons yang tidak pantas tersebut.
-Pelatihan Etika Komunikasi: Perusahaan perlu memberikan pelatihan kepada tim media sosialnya mengenai etika komunikasi, khususnya dalam menangani isu sensitif.
-Penyusunan Prosedur Standar: Menyusun prosedur standar operasional (SOP) untuk respons di media sosial guna memastikan konsistensi dan profesionalisme dalam komunikasi publik.

Kesimpulan:
Kasus ini menekankan pentingnya etika komunikasi dalam pengelolaan media sosial oleh institusi publik. Respons yang tidak tepat terhadap isu sensitif dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap reputasi dan kepercayaan publik. Oleh karena itu, pelatihan dan kesadaran akan etika komunikasi menjadi krusial bagi setiap individu yang terlibat dalam interaksi publik melalui platform digital.

Sumber:

https://uai.ac.id/en/kasus-twitter-kai-commuter-bukti-pentingnya-etika-pr/?

https://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/teknikinformatika/article/download/1053/669/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun