Sudah menjadi rahasia umum bahwa generasi muda adalah sasaran empuk bagi aksi pengkaderan yang dilakukan oleh organisasi terorisme. Generasi muda merupaakan generasi yang tengah berada dalam fase labil, di mana beririsiko ditanamkan paham-paham baru dengan mudah.
Namun meskipun begitu, ternyata dalang terorisme tidak sembarangan dalam melakukan kaderisasi. Jika melihat sejarah aksi teror di Indonesia, mayoritas generasi muda yang disasar adalah mereka yang memiliki semangat tinggi dalam beragama. Selain itu, generasi muda yang disasar juga biasanya berasal dari keluarga yang kurang harmonis, seperti dari korban broken home atau dari keluarga kurang mampu/ Biasanya mereka diimingi oleh janji-janji suci yang terdengar menggugah hati sehingga mampu membangkitkan semangat juang, meskipun hal tersebut ditujukan untuk hal yang bertentangan dengan norma di masyarakat.
Pilihan terhadap calon kader juga tidak sembarangan. Remaja harus punya semangat tinggi dalam beragama. Indikator lain yang tidak terlalu penting tapi tetap berpengaruh adalah keadaan ekonomi remaja (keluarga). Remaja yang hidup dalam keadaan ekonomi yang layak, terlebih lagi bila sudah memiliki pekerjaan tetap, tidak rentan terhadap aktivitas-aktivitas yang cenderung tidak produktif tersebut. Sementara bagi yang hidup pas-pasan, terlebih lagi bila hidupnya tidak layak, derajat kerentanannya tinggi. Karekteristik orang yang terakhir mudah direkrut karena mereka tidak terlalu peduli dengan harta benda, serta cenderung bersikap pasrah terhadap kekuatan yang berasal dari luar.
Untuk mencegahnya, keluarga diharapkan berperan dalam memberikan pendidikan agama yang benar kepada anak-anaknya. Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak-anak untuk menuntut ilmu. Selain itu, dari bayi hingga remaja, sebagian besar waktu dihabiskan di rumah, sehingga kondisi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak. Karena itu, selain memberikan pendidikan agama yang benar, juga diperlukan terciptanya kondisi yang memungkinkan anak-anak memiliki kepribadian positif, seperti penuh kasih sayang, hormat pada orang lain, dan lain-lain. Kepribadian ini akan membentengi anak-anak terhadap pengaruh paham yang dapat memunculkan aktivitas-aktivitas yang merugikan orang lain.
Lebih dari itu, pemerintah juga perlu berperan dalam mencegah terjadinya aksi terorisme. Bila ditilik salah satu latar belakang masalah di atas, jelaslah bahwa pemerintah berperan dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat, termasuk para remaja. Aktivitas ekonomi harus ditingkatkan agar mampu menyerap tenaga kerja yang menganggur, termasuk di dalamnya adalah para generasi muda yang belum memiliki pekerjaan layak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H