Mohon tunggu...
Rahel
Rahel Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hidup itu keras, kalo mau lembek dipresto aja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manusia Tamak

27 Januari 2023   11:37 Diperbarui: 27 Januari 2023   12:07 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum sukses dan mendapat suatu hal yang memuaskan, pasti ada usaha dan kerja keras dibalik itu semua. Tuhan pasti akan memberikan balasan kepada hamba-Nya yang mau bekerja keras, dan berusaha. Namun, banyak dari hamba-Nya yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Dengan sadar maupun tidak bahwa dengan mereka melakukan hal tersebut, adalah termasuk dari perbuatan yang menyekutukan atau menduakan Tuhannya. Dan dengan sadar maupun tidak, bahwa akan ada perihal apa yang akan mereka dapatkan di kemudian hari, yang membuat mereka menyesal, tapi tak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Kak, tau gak, sih? Temenku, Mika." Ucap seorang adik laki-laki kepada kakak perempuannya. "Iya, tau. Emangnya kenapa?" Balas kakaknya itu, "Gak tau kenapa, tadi pagi tiba-tiba dia diantar orang tuanya pakai mobil bagus, sepatunya, alat tulisnya, juga tasnya baru. Merknya juga bagus-bagus." "Orang kaya dadakan mungkin. Lagian kenapa, sih? Kamu mau juga, ya?" Tanya kakaknya sambil bercanda. "Hehehe, mau dong." "Kamu harus hafal juz 30 dulu, nanti kakak bilang ke bunda." "Serius, kak?" "Serius dong." Sang adik pun mengukir senyuman yang sangat lebar di wajahnya karna mendengar hal tersebut, ia sangat bahagia. 

Hari-hari berlalu, sang adik selalu menghafal surat-surat pendek dalam juz 30 setiap setelah sholat. Ia pun menyetorkan semua hafalannya kepada kakaknya, dan tibalah di mana ia mendapatkan barang- barang yang ia inginkan dari kedua orang tuanya. Bahkan saat sampai di sekolah, teman-temannya terkejut atas apa yang ia dapatkan, dan memuji-mujinya. Teman yang ia bicarakan tempo hari kepada kakaknya, Mika, menghampirinya. "Eh, Azrav. Barang-barang kamu baru semua, ya?" Tanyanya, "Eh, iya nih, Ka." Jawab si adik, yang bernama Azrav. "Kamu dapatin ini semua, gimana caranya?" Tanya Mika kembali, "Aku menghafal juz 30, Ka. Terus, aku setor ke kak Kael." Jawab Azrav sambil tersenyum. Mika tersenyum meremehkan mendengarnya, "Oh, harus menghafal dulu, ya? Kalau aku, sih, langsung dikasih apa yang aku mau kalau minta." Sombong Mika. Senyum Azrav sedikit memudar, "Kakak, Bunda, sama Ayah mau aku berusaha dulu kalau mau minta sesuatu. Kalau kamu kan emang manja, jadi minta sesuatu langsung dikasih." Ucapan Azrav membuat Mika marah, matanya sedikit berkaca-kaca dan dahinya berkerut menahan amarah, "Awas aja kamu! Besok aku akan bawa barang-barang yang jaaaauuuuh lebih bagus dari ini semua!" Mika pun berbalik dan berjalan sambil menghentakkan kakinya ke arah tempat duduknya sendiri.

"Lain kali jangan gitu ya, dek." Setelah kejadian tidak mengenakkan di sekolah tadi pagi, Azrav menceritakan semuanya kepada kakaknya. "Iya deh, iya. Siapa suruh sombong!" Ucap Azrav dengan perasaan yang kesal. "Sabar." Jawab kakaknya. "Kak, dek! Ayo turun, makan malam sama bunda dan Ayah! Besok ayah dapat cuti, lho!" Panggil sang bunda dari ruang makan. Mereka terkejut dan senang mendengarnya, dan dengan terburu-buru berlari menuju ruang makan.

Keesokan harinya, Mika dengan sombong menunjukkan barang yang ia dapat dari orang tuanya. Ia menggunakan seragam baru, tas baru, sepatu baru, dan lain-lain. Banyak yang menghampirinya dan memperhatikannya, karna itu semua. Kecuali Azrav, ia sedang membaca buku cerita tanpa memperdulikan Mika yang sedang menujukkan pemberian orang tuanya. Dan itu membuat Mika cukup kesal, karna sebenarnya ia ingin membuat Azrav iri dengannya. Tapi, Azrav malah tak memperdulikannya. Dengan keras, ia menyebutkan harga-harga mahal dari barang-barang tersebut, namun Azrav tetap tak perduli dan menyelesaikan bacaannya.

Esoknya lagi di sekolah, Azrav sama sekali tidak meihat Mika di kelas, sampai temannya memberitahukan sesuatu. "Eh Azrav, tau gak, sih? Mika keluar dari sekolah ini, lho!" "Loh, memangnya kenapa, Namira?" "Katanya, prang tuanya pelihara tuyul gitu, terus gatau kenapa mereka tiba-tiba jatuh miskin. Sampai menyekolahkan Mika saja gak mampu, makan juga katanya susah. Padahal, kemarin Mika masih sempat sombong, ya!" Ucap Namira, teman sekelas Azrav. "Berarti Allah gak suka, tuh."

Tuhan pasti akan memberi apa yang kita inginkan jika kita mau berusaha, maka dari itu, jangan tamak, ya!

Ditulis oleh Rahil Mufidah Ma'mun

Santri Al-Nahdlah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun