Mohon tunggu...
Ratna Selly Junita Manalu
Ratna Selly Junita Manalu Mohon Tunggu... -

independent traveller, stock trader, reading and write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

TMII sebagai "One-Stop Tour for Heart, Body and Soul"

14 Maret 2015   09:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:41 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_402455" align="aligncenter" width="829" caption="Selamat Datang ke TMII (dok. TMII)"][/caption]

Keberadaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) atau yang dikenal sebagai Taman Mini sebagai wahana pelestari, penjaga, pemelihara, dan pengembangan budaya bangsa tidak ada yang menyangsikan. Hal ini sudah diakui oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional. Beberapa Kementrian bahkan telah menganugerahi beragam gelar untuk taman yang mempersembahkan Indonesia dalam ukuran miniatur ini, yakni (urutan dari yang teranyar):


  • 2014 Wahana Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia  (Kementerian Dalam Negeri RI).
  • 2013 Sasana Keberagaman Museum, Sumber Inspirasi Peradaban Bangsa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
  • 2012 Wahana Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia  (Kementerian Agama RI).
  • 2011 Lembaga Pelestarian Budaya Indonesia (Kementerian Pariwisata  dan kebudayaan)
  • 2010 Lembaga Konservasi Dalam Bentuk Taman Satwa (Kementerian Kehutanan RI).
  • 2008 Objek Vital Nasional di Bidang Kebudayaan dan Pariwisata (Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan).


Aneka pengakuan dari Pemerintah ini  merupakan wujud dukungan bernilai tinggi akan keberadaan TMII dan kiprahnya selama 40 tahun berdiri. Yah, TMII yang diresmikan Presiden Soeharto pada tahun 1975 ternyata sanggup menjaga reputasi dan fungsinya bukan hanya sebagai salah satu tempat rekreasi legendaris bagi masyarakat dari segala lapisan, namun juga sebagai wahana penambah ilmu dan wawasan kebangsaan dan sebagai perekat budaya bangsa yang membuat kita tetap bangga menjadi Indonesia.

Dibangun selama kurun waktu tiga tahun (1972-1975) atas prakarsa visioner Ibu Tien Soeharto di daerah dekat Pondok Gede dengan luas sekitar 150 hektare, hingga hari ini TMII menjadi ikon wisata bertema budaya yang menjadi kebanggaan warga Jakarta dan Indonesia.

Sebenarnya apa yang membuat TMII tetap menjadi pilihan ratusan ribu pengunjungnya yang rela berpadat-ria dikala musim liburan tiba? Alasannya sangatlah sederhana, karena hanya dengan sekali datang pengunjung dapat menikmati pengalaman belajar sekaligus berlibur yang menyenangkan. Acara liburan menjadi lebih berkualitas karena sekaligus juga melakukan wisata budaya, wisata sejarah dan wisata religi sambil tetap menikmati hiburan menarik lainnya. Ditunjang lagi dengan tersedianya fasilitas transportasi lokal, yang juga bisa dijadikan sebagai wisata transportasi, seperti skylift (kereta gantung) atau aeromovel, yang siap membawa pengunjung menjelajah tiap sudut taman terluas di Indonesia ini . Selain itu, lokasinya sebagai obyek wisata keluarga yang sangat mudah dicapai, dan harga tiket yang relatif terjangkau sangat berpengaruh. Untuk itu TMII pantaslah disebut sebagai "one-stop tour for heart, body and soul".

[caption id="attachment_402555" align="aligncenter" width="300" caption="(dok. TMII)"]

1426232389510568810
1426232389510568810
[/caption]

Wisata Edukasi Budaya dan Sejarah. Sebagai sarana wisata edukasi, pengenalan budaya dan sejarah, TMII memiliki 33 anjungan daerah dari seluruh provinsi di Indonesia. Anjungan ini merupakan replika dari rumah adat setiap provinsi yang dibuat mirip dengan aslinya. Pengunjung dapat merasakan seperti berada di daerah tersebut ketika masuk dan berkeliling di dalam anjungan. Belajar mengenal budaya dan adat istiadatnya dan juga kehidupan sehari-hari. Untuk yang kangen kampung halaman namun tidak sempat mudik, berkunjung ke Taman Mini bisa mengobati sejenak rasa rindu itu.

Wisata budaya dan sejarah akan terasa lebih lengkap dengan mengunjungi satu atau dua museum di sana. Saat ini TMII memiliki 17 museum yang tersebar di beberapa area. Masing-masing museum dibangun secara tematik. Museum yang tertua adalah Museum Indonesia yang merupakan museum antropologi dan etnologi. Museum ini bergaya arsitektur Bali dan dihiasi beraneka ukiran dan patung Bali yang sangat halus dan indah. Museum ini menyimpan koleksi beraneka seni, kerajinan, pakaian tradisional dan kontemporer dari berbagai daerah di Indonesia.

Museum lain yang patut dikunjungi adalah museum yang mengisahkan tentang perjuangan dan pengabdian Pak Soeharto dan Ibu Tien Soeharto sejak masa perang kemerdekaan hingga masa pembangunan, yaitu Museum Purna Bhakti Pertiwi. Di museum ini tersimpan ratusan bahkan ribuan benda-benda bersejarah dan dan benda-benda seni bernilai tinggi yang dimiliki oleh keluarga Pak Harto, termasuk ratusan  souvenir kenegaraan. Untuk yang ingin belajar mengenai pusaka dan senjata tradisional dapat berkunjung ke Museum Pusaka. Ada juga Museum Perangko, Museum Transportasi, Museum Gas dan Minyak Bumi, Museum Keprajuritan, hingga Museum Serangga dan Museum Komodo yang merupakan museum berbagai fauna. Silahkan pilih sesuai minat dan keingintahuan masing-masing. Tiap bangunan museum dan atapnya dibuat berbeda, unik dan membuat decak kagum. Kalau Museum Indonesia bergaya Bali, maka Museum Pak Harto terlihat seperti tumpeng, sedang MuseumTransportasi di halamannya dipajang satu pesawat Garuda.

[caption id="attachment_402647" align="aligncenter" width="410" caption="Museum Purna Bhakti Pertiwi (dok. TMII)"]

142625495828423729
142625495828423729
[/caption]

[caption id="attachment_402648" align="aligncenter" width="408" caption="Museum Olah Raga (dok. TMII)"]

1426255022353764734
1426255022353764734
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun