Mohon tunggu...
Ralista Salsadika
Ralista Salsadika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A dreamer who loves riding the train

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Stasiun Penghubung Mimpi

4 September 2023   22:06 Diperbarui: 4 September 2023   22:09 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mimpi yang Terasa Jauh

Saat pertama kali tiba di tanah rantau, hal yang saya sadari untuk pertama kalinya adalah untuk menggapai mimpi itu sangat lah jauh dan makan banyak biaya. Bagi saya yang tumbuh dan besar di kota kecil di pojokan pulau Kalimantan, Jakarta menawarkan banyak sekali tempat baru untuk dikunjungi dan dijelajahi. Banyak sekali tempat baru untuk membuat kenangan dan mengumpulkan pengalaman baru. Tempat-tempat itu pun menjadi mimpi baru bagi saya. Mimpi yang ingin lekas diwujudkan bagaimana pun caranya. 

Tentunya mimpi sepele seperti ini bisa dengan cepat diwujudkan. Jakarta menawarkan banyak sekali pilihan transportasi yang bisa membawa saya pada mimpi itu dengan cepat, aman, dan nyaman. 

Setidaknya bagi saya demikian, tidak tahu kalau bagi dompet saya bagaimana. Sebagai anak SMA yang baru saja lulus dengan uang saku terbatas di tanah rantau, saya harus mati-matian menghemat uang transport. Saya yang kala itu harus mengikuti bimbel di Tangerang Selatan sementara saya berdomisili di Jakarta Selatan harus menggigit jari melihat ongkos yang harus dikeluarkan untuk pulang pergi naik ojek online.

Karena minimnya pengetahuan saya kala itu akan moda transportasi yang murah, cepat, aman, dan nyaman, ojek online menjadi satu-satunya opsi bagi saya untuk menyambung mimpi saya untuk menjadi mahasiswa di universitas unggulan.

Biar lah harganya mahal, anggap saja ini harga yang harus saya bayar untuk mencapai mimpi saya. Begitu pikir saya saat itu.

Hingga akhirnya saya dan KAI Commuter dipertemukan lewat pertemuan yang telah ditakdirkan itu.


 Stasiun Penghubung Mimpi

Hari itu adalah hari Sabtu seperti pada umumnya. Saya bangun pagi untuk naik ojek online ke tempat bimbel yang jauhnya minta ampun dan mengikuti les dengan rajin. Jika ada hal yang berbeda, hal itu ialah langit yang mulai mendung. Kelabu di langit hari itu tidak kalah pekat dengan mendung yang menutupi perasaan saya. Hati saya penuh dengan kalut, khawatir hujan akan turun saat waktu pulang nanti.

Dan benar saja, hujan turun dengan derasnya.

Bagus sekali, pikir saya hari itu. Sekarang bagaimana caranya saya pulang?

Tentunya tidak ada ojek yang mau mengambil pesanan saya karena orang gila mana yang mau menempuh perjalanan sejauh itu menembus hujan deras. Opsi lain yang tersedia saat itu hanya lah memesan taksi atau menginap di tempat bimbel, yang mana tentu saja keduanya tidak mungkin saya lakukan.

Di kala saya mulai merasa kalut dan panik, salah seorang pengajar menawari saya untuk naik kereta. 

Naik kereta? Pikir saya.

Sebagai anak yang lahir dan besar di kota yang tidak memiliki layanan transportasi umum yang mumpuni, yang terbesit dalam benak saya mengenai naik kereta adalah perjalanan yang jauh nan panjang serta biaya yang cukup mahal. Selain itu, memangnya masih bisa jika baru akan membeli karcis sekarang?

Bermodal sedikit kepercayaan, nekat dan rasa ingin pulang yang membuncah, saya pun ikut pengajar ini naik taksi ke stasiun. Setibanya saya di stasiun, mata saya dibanjiri oleh pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya.

Kereta ramping, peron yang berderet, manusia yang lalu lalang ke sana kemari memenuhi stasiun.

Setelah sampainya di sana, baru lah saya paham bahwa kami tidak perlu membeli karcis. Yang kami butuhkan hanyalah sebuah kartu uang elektronik, memindai kartu itu pada mesin pemindai di pintu masuk, dan kami pun siap melakukan perjalanan ke stasiun mana pun yang ingin kami tuju.

Pengalaman pertama saya berkendara dengan KAI Commuter itu merupakan pengalaman paling berkesan yang juga mengubah cara hidup saya.

Perjalanan singkat dari Stasiun Jurangmangu menuju Stasiun Lenteng Agung di tengah hujan badai itu adalah awal mula kisah perjalanan saya bersama KAI Commuter.

Saya merasa sangat bodoh karena baru mengetahui adanya opsi moda transportasi umum yang menawarkan layanan yang sangat luar biasa. Kalau boleh meminjam istilah kekinian saat ini, memangnya boleh se-murah, cepat, aman, dan nyaman ini?

Perjalanan yang bernilai tidak sampai sepuluh ribu itu pun menjadi titik mula perjalanan saya menggapai mimpi saya yang lain.

Saya tidak lagi khawatir akan biaya karena KAI Commuter menawarkan layanan dengan biaya yang sangat murah. Saya tidak lagi khawatir akan cuaca saat di perjalanan karena atap KRL dan stasiun yang kokoh akan melindungi dari panas dan hujan. Saya juga tidak perlu khawatir tersesat ataupun salah naik kereta karena selalu ada petugas yang dengan senang hati membantu dan menunjukkan jalan di kala perlu.

Kini setiap stasiun menjadi titik mula dari setiap perjalanan saya mencapai mimpi. Setiap stasiun menjadi safe-place bagi saya di mana saya bisa bermimpi setinggi dan sejauh apa pun tanpa rasa cemas karena KAI Commuter ada untuk membawa saya ke tempat tujuan.

Mulai dari ketika saya berproses masuk ke perguruan tinggi, menjadi mahasiswa itu sendiri, bertemu orang terkasih, hingga kini melanjutkan mimpi saya di kota baru. KAI Commuter selalu ada dalam setiap momen besar itu.

Meskipun terkadang harus menjadi pepes dalam kereta di rush-hour, berlari menaiki dan menuruni tangga untuk mengejar kerteta yang datang di stasiun KRL, semua itu adalah pengalaman yang sangat berharga dan akan terus saya ceritakan pada setiap orang yang saya temui.

Agar semua orang tahu bahwa ada jalan yang sangat murah, cepat, aman, dan nyaman untuk mencapai mimpi mereka. 

Agar semua orang tahu bahwa mereka bisa mencapai itu semua bersama KAI Commuter.


Nah, akan kemana lagi kita hari ini? Mimpi mana lagi yang akan kita wujudkan kali ini?


Ayo, KAI Commuter. 

Saya sudah siap untuk pengalaman baru dan petualangan seru yang menanti di stasiun akhir perjalanan kereta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun