“Buru-buru amat. Ini malam minggu, Dron. Ayo, main kartu!”, seru Cak Met. Sodron melambaikan tangan.
Selang beberapa menit, muncul Handoko dengan wajah berseri-seri.
“Dari mana saja kamu, Han?”, tanya Pakde Sukron.
“Habis nobar di kampung sebelah, Pakde.", jawab Handoko, "Cak Met, buatkan susu soda. Gelas besar!”, ucap Handoko mantab, “Sodron ke mana, Cak Met?”
“Baru saja pulang, Han. Katanya, dia tumpes sama kamu lagi, ya?”, tanya Cak Met.
“Iya Cak Met. Wong jelas-jelas tim yang berturut-turut enggak pernah juara di final, kok, dipilih. Eh, em, Ron?”, sindir Handoko. Imron dan Jairon pura-pura tak dengar. Mereka sibuk bermain catur.
“Skak!!!”, pekik Imron kepada Jairon. Mereka tak peduli dengan kehadiran Handoko.
“Hebat kamu, Han. Pakde salut sama kamu. Hasil analisamu akurat. Makanya kamu sering tembus.”, puji Pakde Sukron kepada Handoko.
“Tadi saat nobar di kampung sebelah, banyak warga berkeyakinan bahwa Peresaja FC tahun ini bakal juara. Sesudah mereka minta saran dan petunjuk dari Mbah Gimen.”, terang Handoko.
“Mbah Gimen yang katanya Orang Pintar itu?”, tanya Cak Met.
“Pintar apanya, Cak Met? Sekolah saja enggak pernah. Ngeramal saja salah.”, kata Pakde Sukron. Cak Met ketawa.