Di depan cermin, lekat-lekat ia pandangi wajah yang tampak bahagia itu.
"Kenapa wajahku, kok, kelihatan bahagia, ya? Bukankah kemarin wajahku kelihatan bersedih?"
Kemudian, ia menampar keras pipi kanan-kiri itu dengan jemari tangannya.
"Plaak!!!"
"Plaak!!!"
Terasa perih. Ia mengerang sakit. Itu berarti ia tak sedang bermimpi. Lantas ia menjulurkan lidah, menguap, meringis, senyum, manyun, mengerutkan dahi, melotot, cemberut dan membuat mimik wajahnya seolah-olah tak terlihat bahagia.Â
Namun percuma. Tak ada yang sama sekali berubah dari wajah yang ia saksikan di cermin. Wajahnya masih tetap tampak bahagia  seperti sediakala.
"Aku, kok, kelihatan bahagia, sih!", ia heran dan jengkel.
Semenjak bangun dari tidurnya, ia sama sekali tak mengerti, bagaimana bisa wajahnya tampak begitu bahagia hari ini. Kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata, sekaligus tanpa tahu apa penyebabnya mengapa wajahnnya tampak bahagia.
Sejauh ia bisa mengingatnya dengan baik. Bahwa semalam sebelum ia tidur, ia tak memiliki ritual khusus yang dilakukannya. Bahkan, ia melakukan sama seperti orang lain lakukan pada umumnya apabila mereka hendak tidur.