[caption id="attachment_342720" align="aligncenter" width="300" caption="Backpacker Jakarta ke Taman Ismail Marzuki"][/caption]
Backpacker Jakarta adalah salah satu komunitas besar di dunia travelling kawasan Jabodetabek, dengan member 11.565 orang ( data terakhir tanggal 21 desember 2014) telah terbukti nyata mereka mampu menggerakkan masyarakat Jabodetabek untuk memulai mencintai dunia travelling ala cost sharing / patungan. Dengan wisata murah-meriah dan bernuansa big family plus keceriaan bergaya school boy membuat massa Backpacker jakarta semakin bertambah banyak. Di era generasi Z membuat manusia menjadi individualistis dan menyendiri, tetapi Backpacker Jakarta mampu mengembalikkan nostalgia kisah lama yaitu bermain bersama dan hidup gotong royong.
[caption id="attachment_342721" align="aligncenter" width="300" caption="BPJ TIM"]
Walaupun bernamakan Backpacker Jakarta atau yang biasa dipanggil BPJ, ternyata keanggotaan member BPJ tidak hanya traveller yang berdomisili di jakarta tetapi juga banyak yang berdomisili di Bodetabek (Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi). Sampai saat ini dengan fenomena perluasan member didaerah Jabodetabek sepertinya belum ada keinginan admin Backpacker Jakarta (BPJ) merubah nama menjadi Backpacker Jabodetabek (BPJ), karena alasan historis dan mungkin saja nama tersebut sudah menjadi brand yang dikenal. Admin Backpacker Jakarta yang lebih bisa dibilang Presidium Backpacker Jakarta terdiri dari 3 orang : Edi M Yamin, Selly Sukesi, dan Rusmiyana, mereka ber-3 yang mengelola Backpacker jakarta sampai sebesar ini dengan tanpa ada ketua komunitas. Dalam beberapa bulan kedepan akan ada kabar gembira bagi member Backpacker Jakarta (BPJ) yaitu pembentukan struktur organisasi di Backpacker Jakarta (BPJ), dengan struktur organisasi ini diharapkan kedepannya kerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta dapat terjalin dan membantu perkembangan pariwisata Indonesia.
[caption id="attachment_342722" align="aligncenter" width="300" caption="BPJ nyerbu Planetarium"]
Banyak orang masih memandang aktivitas traveller itu harus yang bernuansa dengan alam dan pegunungan, sebetulnya ada benarnya tetapi kurang lengkap. Aktivitas traveller tidak hanya naik-naik ke puncak gunung, menyelam kedalam laut, menikmati sengatan sinar matahari dipantai, dan wisata gemerlap kota sambil menikmati kulinernya tetapi ada aktivitas lain yang juga masuk dalam kriteria aktivitas traveller yaitu mengunjungi Museum. Tour The Museum sudah yang ke 4 (empat) diadakan oleh BPJ, kali ini BPJ mengajak para membernya menikmati keindahan seni di Taman Ismal Marzuki (TIM) yang diaadakan hari minggu tanggal 21 desember 2014.
[caption id="attachment_342724" align="aligncenter" width="300" caption="Member BPJ wajib Narsis"]
Taman Ismail Marzuki (TIM) bagai diserbu para member BPJ, tembus angka 100 (seratus) orang. Trip ini menjadi salah satu trip dengan peserta terbanyak dalam sejarah BPJ, dari balita hingga orang dewasa hadir dalam trip bernuansa pendidikan dan seni ini. Member dari luar kota jakarta pun hadir yaitu dari bekasi, depok, bogor dan tangerang. Trip ini diminati karena tidak membutuhkan waktu berhari-hari hanya one day trip, berbiaya murah meriah hanya Rp.7.000 (tujuh ribu rupiah), bernuansa pendidikan dan seni sehingga ada efek bermanfaat bagi pribadi yang ikut.
[caption id="attachment_342725" align="aligncenter" width="300" caption="Ritual Makan Bersama"]
Mengurusi 100 (seratus) orang memang bukan sesuatu yang mudah apalagi Taman Ismail Marzuki khususnya Planetarium pada hari libur menjadi tempat tujuan wisata dalam kota yang diminati pula oleh pihak-pihak sekolah dasar dan menengah pertama. Pihak pengelola Planetarium membatasi pembelian untuk 1 (satu) orang hanya boleh membeli sebanyak 7 (tujuh) tiket, sehingga membuat admin Backpacker jakarta bro Edi M Yamin dan Koordinator Trip bro Endy-sist Berlian-bro Bubuy harus membuat group kecil yang beranggotan 7 (tujuh) orang setiap group, dimana 1 (satu) orang setiap group mewakili membeli tiket. Kejelimetan pun terjadi, antrian yang panjang dan desak-desakkan membuat kucuran keringat bertetesan, tidak seperti Tour The Museum Kota Tua dimana pihak tiket begitu fleksibel ketika ada massa besar dari sebuah kelompok masyarakat bisa membeli tiket dalam 1 (satu) pesanan, itu tidak terjadi di Planetarium Taman Ismail Marzuki. Bisa jadi hal ini dilakukan oleh pihak pengelola agar mencegah terjadinya pencaloan tiket.
[caption id="attachment_342726" align="aligncenter" width="300" caption="Karya Seni di Graha Cipta II"]