Pada rakaat kedua saat membaca Surat An-Nas, tiba-tiba suara IBU daku memanggil dengan suara lantang "Dek kalau sudah selesai Sholatnya cepat-cepat menemui dokter". Dalam sholat daku yang berujung tidak khusuk bertanya dalam diri "ada apakah gerangan !!!!!....". Hari itu kisaran 60 hari daku berada di rumah sakit (RS.Otak Nasional plus RS.Dharmais). Daku baca doa penutup setelah sholat meminta keputusan yang terbaik menurut ALLOH SWT menyangkut hidup kakak daku 'Satria Adhi M'.
Setelah Sholat Dzuhur, daku pun menemui dokter spesialis bedah syaraf yang menangani operasi kepala kakak. Pria dengan busana agama Sigh menjabat tangan daku dengan memperkenalkan namanya. Ia menyampaikan operasi berhasil mengurangi udara yang menekan otak tetapi masih ada udara yang tersisa dan munculnya kembali cairan sambil menunjuk gambaran film CT Scan. Operasi yang dilakukan sebelumnya merupakan yang terakhir menurut dokter bedah syaraf. Dari keterangan itu daku pun terbesit sebuah kata sambil melihat kakak daku yang tidur dalam dalam kondisi yang sudah tidak mampu menggerakkan organ ekstemitasnya "Mas, adek akan berbuat yang maksimal sambil Menunggu Panggilan Alloh SWT".
Pada hari ke 86 kakak daku 'Satria Adhi Mastiyanto' dipanggil Sang Pemilik Hidup 'ALLOH SWT'. Hari, minggu, 4 desember 2016, pukul 10.10 wib  akhir dari takdirnya didunia dan usai sudah rasa sakit yang ia rasakan. Kakak daku sudah merasakan sakit dikepala sejak dari tahun 2011. Pada tahun tersebut dia sudah dideteksi seorang ahli pengobatan tradisional didaerah tebet bahwa dia memiliki daging tumbuh di kepalanya. Ia sempat memeriksakan dirinya ke beberapa dokter di beberapa rumah sakit. Tetapi karena kesibukannya sebagai jurnalis Istana dan kemudian menjadi ass-produser news di Trans7, Senior Produser Net TV, dan Senior Produser RTV membuat dirinya belum sempat melakukan pemeriksaan CT.Scan yang diminta dokter.
Ketika kondisi kesehatan tubuhnya sudah buruk dan kemudian dilarikan ke rumah sakit pada bulan Januari 2016 barulah terdeteksi dari hasil Magnetic Resonance Imaging (MRI) bahwa dirinya memiliki tumor dan cairan yang menekan otak dikepalanya. Mungkin dirinya sudah tau bahwa prosedure operasi akan merenggut nyawanya atau membuat dirinya tidak berdaya, ia menolak tindakan operasi. Pada tanggal 9 September 2016 Kakak daku kejang, dengan sangat terpaksa daku membawanya ke RS.Otak Nasional. Hari tersebut lah awal 86 Hari kakak daku mendapatkan perawatan di Rumah Sakit dengan 5 (lima) kali operasi dan berakhir dengan tutup umur di usia 37 tahun.
Setiap manusia memiliki takdirnya sendiri-sendiri tetapi setiap takdir manusia berhubungan dengan takdir orang lain. Inilah pembelajaran yang daku dapat selama 86 Hari berada di Rumah Sakit menunggu kakak DAKU Satria Adhi M yang akhirnya berpulang kepangkuan ALLOH SWT. Â Kakak daku ORANG BAIK itu yang daku dapat dari kejadian ini karena ALLOH SWT menunjukkan kepada daku saat dirinya mengalami perawatan di Rumah Sakit sampai dengan pemakaman. Ada kesedihan dan itu wajar tetapi banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini.
Â
Perbuatan Baik Membawa Kebaikan
Selama 86 Hari perawatan di Rumah Sakit baik di RS.Otak Nasional maupun RS.Dharmais tidak hentinya kakak dikunjungi senior, teman-teman dan juniornya. Dari keterangan mereka Satria orang yang baik dan sayang keluarga. Kakak dikenal orang yang supel, kocak, periang dan dekat dengan agama. Dengan juniornya ia sangat mudah berbagi ilmu jurnalistik pertelevisian. Ia acapkali menjadi penengah ketika temannya berkonflik.
Mungkin saja banyak orang akan menganggap hal ini sebuah hal kecil dan bukan kebaikan yang istimewa tetapi daku melihat sendiri bagaimana perbuatan baik kakak membawa keluarga yang merawatnya tidak begitu mengalami kesulitan yang sangat. Lebih dari enam puluh juta rupiah donasi yang disumbangkan dari teman-temannya baik dari sesama jurnalis, teman SMA, dan Teman Kampus. Bahkan orang-orang yang tidak mengenal dirinya secara langsung bisa tergerak membantu seperti teman-teman kerja daku di RSKO, teman-teman Traveller, dan teman2x Blogger.