Bahkan dirinya pernah bilang, kalau saya mengumpulkan kardus atau plastik, dirinya bersedia menjemput ke rumah saya di Cikeas.
Mas Dion awal tergerak mengelola sampah kemudian menjadi bank sampah dimulai tahun 2016 ketika melihat istrinya (Sutarti) mengumpulkan sampah plastik.
Ketika istrinya ditanya oleh tetangganya untuk apa? Istrinya menjawab kumpulan sampah plastik ini nanti dijual ke tukang rongsok hasilnya untuk anak yatim.
Dari jawaban itu, ada 3 (tiga) orang ikut terlibat untuk mengumpulkan sampah bersama-sama. Awalnya dapat dikisaran Rp.50 rb s/d Rp.80 rb selama pengumpulan 2 s/d 3 bulan. Dari situ ada tetangga yang lain ikut bergabung, jumlahnya tidak banyak hanya 5 orang saja.
Sebelum mendapatkan lokasi yang khusus, rongsokan sampah diletakkan di ruang lantai dua rumah mas Dion yang masih kosong yang belum digunakan.
Pada saat tahun-tahun awal bank sampah warga ini terbentuk penjualan rongsokan sampah dilakukan 3 s/d 4 bulan sekali ke tukang rongsok keliling.Â
Pada tahun 2017 s/d 2018, bank sampah ini sudah dapat membelikan peralatan untuk sekolah anak yatim dan berekonomi kurang (lemah).
Dalam dua tahun (2020-2021) sudah bisa menjual sebanyak satu mobil bak sampah, dimana hasil penjualan dikisaran 1,3 s/d 1,7 juta perbulan, tergantung dapat barangnya apa saja semisal besi-besi rongsok.
Mulai 2020 bank sampah ini sudah bisa menyantuni anak yatim pada bulan Muharom, menjelang Ramadhan serta momen-momen baik. Bank sampah ini sudah rutin tiap bulan menyantuni anak yatim dan dhuafa di lingkungan RW tempat Mas Dion tinggal.
Bank sampah ini dikelola oleh Mas Dion, Karna, Gianta, Yono dan Dayat. Bank sampah di RT 5 Kampung Pos, Cibinong, Bogor, Jawa Barat ini sudah mendapatkan tempat baru di tanah kosong milik tetangga (Jumnan Kuswandana) yang diikhlaskan untuk digunakan sebagai bank sampah warga di tahun 2019.