Tuntas sudah daku (saya) menonton TV Series "Master of The Air" yang menggambarkan Perang Dunia II dan Generasi Terbesar yang mengawaki pesawat pengebom B-17.Â
TV series ini hasil kreasi John Shiban dan John Orloff berdasarkan buku Donald L. Miller dengan judul yang sama, "Masters of the Air" sebanyak sembilan episodenya di Apple TV+Â
Master of the Air mengkisahkan kelompok penerbang tempur USAF 100th Bomb Group, "bloody Hundredth," yang berbasis di Inggris yang melaksanakan tugas pengeboman di kawasan Eropa yang dikuasai Jerman dari tahun 1943 hingga 1945.
Tergambarkan bagaimana para awak yang berbasis di pangkalan udara sekitar pedesaan Inggris dengan kehidupannya bersama penduduk desa, dan keriangan di bar saat tidak mengangkasa.
Pada episode-episode awal, penonton akan diperlihatkan bagaimana begitu mencekamnya di langit ketika B-17 Amerika dan awaknya dicabik-cabik oleh serangan arteleri pertahanan udara (arhanud) dan serangan pesawat tempur Jerman.
Hasil tembakan arhanud menimbulkan kepulan asap di sekitar pesawat bomber, dan banyak pula B-17 yang tertembak. Bahkan tervisualisasikan bagaimana dua pembom bertabrakan dan jatuh meluncur di langit dan sayap pesawat terbelah-belah.
Menonton "Masters of the Air" terasa bagaikan sebuah katalog genre film perang dari blockbuster pertempuran udara, petualangan melarikan diri, aksi mata-mata behind enemy line, melodrama percintaan, drama tentang diterimanya kulit hitam dalam PD II.Â
Series ini berfokus pada kelompok penerbang dan awak pembom B-17 yang menjalani tantangan bersama-sama. Selain itu ada sosok tentara wanita Inggris yang diperankan oleh Bel Powley yang menjadi mata-mata.Â