Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Menyambut Hari Film Nasional: Kolaborasi Museum Penerangan dan KOMIK, Bikin Asyik Main ke Museum

27 Maret 2022   09:34 Diperbarui: 29 Maret 2022   19:30 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Mimin KOMIK diwakili oleh Ahmad Humaedi (Meidi) menyampaikan seluk beluk KOMIK I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Menonton film kali ini di Museum Penerangan bertempat di auditorium atau ruang konfrensi. Walaupun tidak seperti nonton di bioskop, yang terpenting kami tidak kehujanan dan kepanasan. Bukan kebetulan saat kami menonton film pukul 10.15 WIB di luar sana sedang terjadi hujan.

Deskripsi : 19 kompasianers menonton film Darah dan Doa karya Usmar Ismail I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi
Deskripsi : 19 kompasianers menonton film Darah dan Doa karya Usmar Ismail I Sumber Foto: Dokumentasi pribadi

Film yang kami tonton berjudul Darah dan Doa atau The Long March [of Siliwangi] yang merupakan film Indonesia pertama karya pahlawan nasional Usmar Ismail yang diproduksi pada tahun 1950.

Bila menilik ke belakang, film ini merupakan film Indonesia pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara (setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan Indonesia 1949).

Pusat Film Nasional Indonesia (Perfini) yang memproduksi film ini dan tanggal syuting pertama film, 30 Maret 1950, kemudian dirayakan sebagai Hari Film Nasional berdasarkan Keppres Nomor 25/1999.

Darah dan Doa mengisahkan perjalanan panjang (long March) prajurit Divisi Siliwangi RI, yang diperintahkan kembali dari Yogyakarta ke Jawa Barat.

Rombongan hijrah prajurit dan keluarga ini dipimpin Kepten Sudarto (Del Juzar). Perjalanan ini diakhiri pada tahun 1950 dengan diakuinya kedaulatan Republik Indonesia secara penuh melalui Konfrensi Meja Bundar.

Film ini lebih difokuskan pada Kapten Sudarto yang dikisahkan bukan hanya sebagai tentara tetapi juga sebagai mahluk yang punya rasa dan acapkali khilaf yaitu manusia.

Walaupun sudah beristri selama di Yogyakarta, tapi dalam perjalanannya ia terlibat cinta dengan dua gadis (1 gadis Blasteran Jerman-Sunda dan 1 gadis lokal) dan seorang Janda beranak satu. Bisa dibilang Sudarto merupakan playboy kabel bersaudara atau don juan pada masanya.

Pada saat Indonesia menjelang de facto diakui sebagai sebuah negara, ia malah tertangkap oleh pihak Belanda. Kesialannya tidak hanya itu saja, setelah keluar dari penjara ia harus menjalani penyelidikan oleh TNI, karena adanya laporan dari anak buahnya, yang dianggap dirinya tidak menjalankan tugas dengan baik sehingga mencelakakan pasukan yang dipimpinnya.

Film ini memberi kesan kepada para kompasianers yang menonton film ini. Ternyata film pertama Indonesia ini mengangkat isu atau kisah perselingkuhan, cinta segitiga seperti web series Layangan Putus sudah menjadi daya tarik di tahun 1950 bagi sineas pembuat film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun