Untuk menjaga kedaulatan udara dan untuk memenuhi Minimum Essential Force (MEF) berapa jumlah jet tempur Indonesia ?
Indonesia saat ini memiliki jet superioritas udara Sukhoi Su-27 sebanyak 5 unit, jet tempur heavy fighter multi peran Sukhoi Su-30 ada 11 unit, jet tempur medium fighter multi peran F-16 Fighting Falcon jumlahnya ada 33 unit, dan jet tempur ringan Hawk 209 sebanyak 24 unit.
Bila melihat jumlah jet tempur Indonesia terbilang kurang, apalagi Laut Natuna Utara (Laut China selatan) sedang bergejolak. Untuk memenuhi kebutuhan jet tempur secara cepat (setahun / dua tahun) bisa dibilang sulit bila dibeli dengan kondisi baru.
Butuh waktu 3 s/d 5 tahun Indonesia akan menerima jet tempur dari kontrak sampai dengan diterima. Itu kenapa Kemenhan RI bergerak cepat, ketika Austria hendak menonaktifkan skuadron  15 jet tempur Typoon. Situasi ini merupakan kesempatan yang tidak bisa dilewatkan.
_
5. Eurofighter Typoon Bisa Menjadi Pengganti F-5 Tiger yang Telah Purna Bhakti dan Hawk 209 yang Akan Pensiun
F-5 Tiger yang telah dipensiunkan sebanyak 16 unit belum ada penggantinya. Sedangkan pada tahun 2026 nanti usia pakai Hawk 209 yang berjumlah 24 unit akan berusia 30 tahun dan kabarnya akan dipensiunkan.
Jadi penambahan 15 jet tempur Eurofighter Typoon bisa menjadi solusi pengganti secara cepat untuk menutup lubang 16 jet tempur pencegat F-5 Tiger. Apalagi jet tempur ringan dan bantuan serangan darat Hawk 209 juga butuh segera dicarikan penggantinya dan direalisasikan kontrak pengadaannya.
Sang Macan sebetulnya telah mendapatkan penggantinya yaitu jet tempur heavy fighter Sukhoi Su 35 terminator. Apa daya kontrak yang telah ditandatangani sejak februari 2018 senilai US $ 1,2 miliar dollar untuk 11 jet tempur SU 35 belum ada titik terang kapan jet tempur ini akan datang karena faktor politik.
Eurofighter Typhoon awalnya dikembangkakan sebagai jet tempur superioritas di udara. Jet tempur ini memang dibuat untuk menandingi jet-jet tempur superioritas udara Rusia dan utamanya untuk menyaingi pesawat F/A-18 Hornet buatan McDonnell Douglas, USA.
Sejak 2013, radar jenis AESA Typoon sudah diperbarui dengan jenis CAPTOR-E dengan kemampuan yang lebih ditingkatkan. Demi mendukung serangan udara, pesawat ini dipasang peralatan pengendus inframerah udara pasif (PIRATE). Alat ini mampu mencium jejak musuh yang bergerak di udara dan darat hingga 200 target untuk mode yang berbeda-beda.
Saat berada di udara, pesawat ini mampu melesat dengan kecepatan 2,495 km per jam dan menempuh jarak sejauh 2.900 km. Typoon dapat menjadi pesawat tempur pencegat pengganti F5 Tiger bila ada jet tempur negara lain memasuki wilayah Indonesia. Kecepatannya melebihi Su 35 buatan Rusia.