Pandemi Covid-19 belum jelas akan berakhir kapan dan masyarakat dunia memasuki era New Normal. Era ini disebut-sebut merupakan tatanan kehidupan normal yang baru dimana masyarakat mengikuti protokol kesehatan mencegah penyebaran virus corona.
Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus beradaptasi dengan prilaku normal yang baru / new normal bila tidak maka berbagai segi kehidupan manusia akan berantakan. Untuk itu peran Penyuluh Kesehatan Masyarakat di era new normal harus digalakkan sesuai dengan protokol kesehatan yang mencegah kerumunan massa.
Penyuluh Kesehatan Masyarakat sebelum masa pandemi covid-19 lebih kepada mengorganisir penyuluhan kesehatan kepada masyarakat secara offline dengan melibatkan tenaga kesehatan profesional, dan membuat alat promosi kesehatan cetak (flayer, banner dan spanduk). Maka pada masa pandemi covid-19 sudah saatnya berubah menggunakan pendekatan revolusi industri 4.0 / digital, bila perlu mendengung bagaikan buzzer.Â
Istilah buzzer atau pendengung makin populer semenjak pemilihan Presiden RI 2004. Tetapi profesi ini sudah dikenal oleh perusahaan ketika media sosial mulai masif dimanfaatkan sebagai channel komunikasi pemasaran. Baik untuk komunikasi pemasaran sebuah produk, jasa, sampai komunikasi "pemasaran" di bidang politik.Â
Buzzer adalah orang yang memiliki pengaruh tertentu untuk menyuarakan sebuah kepentingan. Entah orang itu tergerak dengan sendirinya untuk menyuarakan hal tersebut, atau ada imbal baliknya. Cara menyuarakan bisa secara langsung atau secara anonim. Seorang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dengan kepentingan mengedukasi masyarakat secara massal sangat cocok sebagai buzzer.
Bila Penyuluh Kesehatan Masyarakat menggunakan pendekatan era revolusi industri 4.0 ini maka mengharuskan untuk mengikuti perkembangan jaman dan budaya masyarakat terkini yang begitu dekat dengan penggunaan smartphone, menjadi seorang buzzer bisa menjadi pilihan.
Whats Apps Group (WAG) telah dijadikan masyarakat untuk berkomunikasi secara massal yang mengakibatkan banyak berita hoaks bertebaran. Bahkan banyak informasi kesehatan terindikasi hoaks. Hal ini dapat kita lihat dari rangkuman laporan hoaks di kanal Kominfo (DI SINI)
Sudah saatnya para penyuluh kesehatan masyarakat yang berada di fasilitas kesehatan, dinas kesehatan, dan Kementerian Kesehatan mengupgrade diri dalam pendekatan penyuluhan kesehatan masyarakat berbasis digital seperti sosial media, blog dan youtube.Â
Social media, blog dan video edukasi kesehatan youtube dapat menjadi sarana edukasi kesehatan bagi Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang benar dan valid. Link dari sosial media, blog dan youtube dapat disebarkan melalui whats apps group (WAG). Target audiens akan lebih mengena karena di masa Work From Home, Study From Home dan Dirumah Aja membuat masyarakat tidak bisa kemana-mana berujung lebih dekat melihat smartphone.
Kita perlu melihat kebelakang dimana masyarakat memburu masker bedah yang menujunjukkan masyarakat sudah beralih dari bersifat reaktif kuratif menuju proaktif preventif. Banyaknya informasi yang beredar dan mereka baca, mendorong masyarakat semakin sadar tentang kesehatannya dan berusaha melakukan langkah-langkah preventif agar tidak sakit dan tetap sehat.Â
Pandemi Covid-19 mendorong pergeseran pendidikan kesehatan masyarakat dari perpektif individu menuju masyarakat yang kolektif. Oleh karenanya Pemerintah di seluruh dunia membuat protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Penyuluh kesehatan masyarakat perlu memperhatikan edukasi kesehatan dengan perpektif massal yang tidak cukup hanya fokus pada indvidu tertentu saja.